otakatikawas!

otakatikawas!

Amira Maryana dan Museum Kebangkitan Nasional

|
Pada hari Sabtu 21 Mei 2011, saya mengunjungi Museum Kebangkitan Nasional yang terletak di Jakarta pusat, tepat nya di Jl. Abdulrahman Saleh no. 26. Saya dan empat orang saya berkumpul di Circle K dekat sekolah pada pukul 11.30, lalu kami langsung berangkat ke museum karena khawatir museum nya akan tutup cepat. Kami menghabiskan sebagian besar waktu di perjalanan, karena mencari gedung museum itu sangat susah. Kami sempat berpikir untuk berpindah ke Gedung Joeang ’45, tetapi tidak jadi karena Gedung Joeang ’45 tutup dari pukul 12.00. Akhirnya setelah sekitar satu setengah jam di perjalanan kami menemukan Gedung Kebangkitan Nasional. Kami bersyukur perjuangan kami mencari museum ini dan menghabiskan waktu yang cukup lama di perjalanan membuahkan hasil, karena pada saat kami berkunjung Museum Kebangkitan Nasional sedang mengadakan pameran sehingga kami tidak usah membayar tiket masuk. Museum ini memamerkan berbagai koleksi benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan sejarah kebangkitan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaannya.
                Gedung Kebangkitan Nasional mulai dibuat pada tahun 1899, lalu selesai pada tahun 1901, dan diresmikan sebagai gedung STOVIA (School Tot Opleiding Inlandsche Arsten) pada bulan Maret tahun 1902. STOVIA adalah sebuah sekolah untuk pendidikan dokter pribumi yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia pada zaman kolonial Hindia-Belanda. Pada tahun 1920 STOVIA dipindahkan ke Jl. Salemba no. 6 karena gedung ini sudah tidak memenuhi syarat untuk pendidikan kedokteran, dan lima tahun kemudian gedung bekas STOVIA ini digunakan untuk MULO (setara dengan SMP), AMS (setara dengan SMA), dan Sekolah Asisten Apoteker. Sekolah ini berlangsung hingga tahun 1942, karena selama masa pendudukan Jepang gedung bekas STOVIA ini dipergunakan oleh tentara Jepang sebagai tempat tahanan bagi tentara Belanda yang tertangkap. Nama STOVIA masih digunakan hingga 9 Agustus 1927, saat pendidikan dokter resmi ditetapkan menjadi pendidikan tinggi dengan nama ‘Geneeskundige Hoogeschool’ (Sekolah Tinggi Kedokteran). Setelah itu terjadi perubahan nama beberapa kali, menjadi ‘Ika Daigaku’ di masa pendudukan jepang, dan ‘Perguruan Tinggi Kedokteran Republik Indonesia’ di masa awal kemerdekaan Indonesia. Sejak tanggal 2 Februari 1950 sampai saat ini, sekolah ini telah menjadi ‘Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia’.
Patung R. Soetomo
                Pada saat kami masuk, kami masuk ke ruangan yang bernama ‘Ruang Pengenalan’. Ruang ini berisi tentang penggambaran masuknya kedatangan bangsa barat di Indonesia, sampai munculnya perlawanan lokal atau yang masih bersifat kedaerahan. Didalam ruangan ini terdapat patung R.  Soetomo. Soetomo lahir di Ngepeh, Loceret, Jawa Timur pada tanggal 30 Juli 1888. Pada tahun 1903, Soetomo menempuh pedidikan dokter di STOVIA. Ia lulus dari STOVIA pada tanggal 11 April 1911. Bersama teman-teman nya dari STOVIA, Soetomo mendirikan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Tanggal lahir organisasi Budi Utomo kemudian ditetapkan pemerintah sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Miniatur Kapal VOC
                Selain itu di museum ini, tepat nya masih di Ruang Pengenalan terdapat miniature kapal VOC Belanda. Pada tahun 1596 untuk pertama kalinya kapal Belanda dibawah pimpinan Cornelis de Houtman mendarat di banten. Sejak saat itu banyak kapal-kapal dagang Belanda datang ke Indonesia. Untuk menghindari persaingan diantara para pedagang Belanda sendiri, maka pada tahun 1602 dibentuklah kongsi dagang yang diberi nama VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). VOC menimbulkan dampak permusuhan antara bangsa pribumi dan Penjajah Belanda.
Rempah-Rempah
                Di ruangan ini juga terdapat rempah-rempah. Rempah-rempah adalah bagian tumbuhan yang beraroma atau berasa kuat yang digunakan dalam jumlah kecil makanan untuk tujuan yang mirip seperti tanaman obat, sayur beraroma, dan buah kering. Rempah-rempah merupakan barang dagangan paling berharga pada zaman prakolonial. Rempah-rempah adalah salah satu alasan mengapa penjajah Portugis mencapai India dan Maluku. Rempah-rempah pula yang menyebabkan Belanda kemudian menyusul ke Maluku, sementara Spanyol telah lebih dahulu mencari jalan ke Timur melalui jalan lain dan akhirnya malah mendarat di benua Amerika.
Keris
                Selain rempah-rempah dan patung R. Soetomo, di Ruang Pengenalan juga terdapat senjata-senjata tradisional, salah satunya adalah keris. Perlawanan Bangsa Indonesia melawan penjajah Belanda dilakukan dengan cara perang. Perlawanan bersenjata hampir terjadi di seluruh daerah di Indonesia. Masing-masing daerah mempunyai senjata tradisional yang mempunyai ciri khas, seperti: Keris (Jawa), Mandau (Kalimantan), Badik (Sulawesi), dan Rencong (Aceh). Keris adalah senjata tikam golongan belati (berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya) dengan banyak fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan tengah. Bentuknya khas dan tidak mudah dibedakan dengan senjata tajam lainnya karena tidak simetris di bagian pangkal yang melebar, seringkali bilahnya berlika-liku, dan banyak diantaranya memiliki pamor, yaitu guratan-guratan logam cerah pada helai bilah.
Peragaan Kelas STOVIA
                Setelah selesai melihat-lihat di Ruang Pengenalan, kami bergerak ke Ruang Awal Pergerakan Nasional. Ruang ini menggambarkan bangkitnya pergerakan nasional di Indonesia. Di Ruang Awal Pergerakan Nasional terdapat Peragaan Kelas STOVIA, yang isinya patung-patung seukuran manusia yang diletakkan dalam salah satu ruang belajar di Museum Kebangkitan Nasional. Disini diperlihatkan para pelajar STOVIA sedang belajar dengan pakaian semi-tradisional mereka.
Peragaan Kelas Kartini
                Di sebelah tempat Peragaan Kelas STOVIA, kami mengunjungi Peragaan Kelas Kartini. R.A. Kartini lahir di Jepara, pada tanggal 21 April 1879. Beliau menyadari bahwa dalam upaya untuk memajukan kehidupan bangsanya, harus diusahakan pendidikan dan pengajaran untuk kaum wanita. Usaha kartini yang pertama adalah mendirikan sebuah kelas kartini di serambi pendopo (rumah ayahnya) Kabupaten Jepara yang diselenggarakan empat kali dalam seminggu. Murid-murid kelas kartini mendapat pelajaran membaca, menulis, kerajinan tangan, masak-memasak, dan jahit-menjahit. Kartini meninggal di Rembang, Jawa Tengah pada tanggal 17 September 1904 pada umur 25 tahun. Setelah Kartini meninggal usahanya diteruskan dengan didirikan sekolah-sekolah Kartini di Semarang, Jakarta, dan kota-kota lainnya.
Pembelaan HF. Roll
                Masih di Ruang Awal Pergerakan Nasional, kami melihat peragaan Pembelaan HF. Roll. Peragaan ini menceritakan tentang pembelaan direktur STOVIA terhadap R. Soetomo. Direktur STOVIA (dr. H.F. Roll) berusaha membela R. Soetomo di dalam rapat dosen setelah Budi Utomo berdiri. Para dosen STOVIA sangat khawatir terhadap cita-cita Budi Utomo, maka mengancam R. Soetomo untuk dikeluarkan dari STOVIA. Tetapi direktur STOVIA mencegahnya dan berhasil membela R. Soetomo dengan mengatakan antara lain sebagai berikut, “Apakah diantara tuan-tuan yang hadir disini tidak ada yang lebih merah dari Soetomo waktu tuan-tuan berumur 18 tahun?”
Meja Kursi Makan Pelajar STOVIA
Setelah puas melihat-lihat di Ruang Pergerakan Nasional, kami berpindah tempat ke Ruang Kesadaran Nasional. Ruangan ini menggambarkan tumbuhnya kesadaran berbangsa dan bernegara lewat perjuangan R.A. Kartini, Dewi Sartika, dan sebagainya. Di dalam ruangan ini terdapat meja kursi makan pelajar STOVIA.
Perlengkapan Kedokteran Gigi dan THT
Di dalam Ruang Pergerakan Nasional juga terdapat banyak alat-alat kedokteran. Seperti perlengkapan kedokteran gigi dan THT yang berupa: alat bantu bedah pada operasi kecil (torg patel), alat bantu pada operasi amandel (wattendrager), alat untuk melihat kedalam telinga (hofman spiegel atau lampu sorot), biopsi tonsil lotom, targ, sonde, kaca mulut guelotine, trocart, s. hak, wanghonder, dan tang gigi.
Perlengkapan Kedokteran Bedah
Di dalam Ruang Pergerakan Nasional juga ada perlengkapan kedokteran bedah yang berguna sebagai alat bantu dalam melakukan operasi, baik operasi ringan maupun operasi berat. Perlengkapan kedokteran bedah berupa: alat bantu operasi yang berfungsi untuk mengait kulit (hak sisir atau retractor), pembersih anus (usus besar) dilakukan sebelum operasi agar bersih dari kotoran (spooler), alat untuk mengambil jaringan lunak dan jaringan keras (pinset), alat untuk membuka luka pada kulit (L Hak), alat untuk membius dengan cara tetes (open drop), alat untuk menghisap cairan darah pada saat operasi (suction), alat yang berfungsi sebagai penerangan saat operasi dilakukan (lampu operasi), bougie kinet tulang, drillboor, respa, knabel tang, skalpel, wondhaak, trilene inhaler, busi rectum, lenetthrooscoop, catheter, dan bein gigi.
Alat Bantu Pernapasan
Mikroskop
Alat Ukur
Disini juga dipajang alat bantu pernapasan, mikroskop-mikroskop, serta ada berbagai macam alat ukur.
Setelah Ruang Kesadaran Nasional, kami bergerak ke Ruang Pergerakan Nasional. Ruang ini menggambarkan tentang perjalanan awal dari jalannya pergerakan Nasional di Indonesia, yang dimulai dengan berdirinya organisasi Budi Utomo, Indische Partij, Muhammadiyah, dan lain sebagainya.
Setelah Ruang Pergerakan Nasional, kami beranjak ke Ruang Propaganda Studie Fonds. Ruang ini menggambarkan suasana pada saat pertemuan antara Wahidin dengan para pelajar STOVIA, untuk membicarakan tentang keadaan masyarakat yang pada umumnya sangat tertinggal dalam bidang pendidikan, sehingga muncullah ide pembentukan Studie Fonds.
Setelah Ruang Propaganda Studie Fonds terdapat Ruang Memorial Budi Utomo. Pada ruang yang sebelumnya disebut sebagai ruang Praktek Anatomi ini, menjadi tempat paling bersejarah diantara ruang yang lain, karena di ruang ini Soetomo dengan kawan-kawannya mendirikan organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Setelah Ruang Memorial Budi Utomo terdapat Ruang Pers yang menggambarkan tentang perjalanan Pers Perjuangan di Indonesia.
Lapangan Museum Kebangkitan Nasional
Menurut saya museum ini sangat patut dikunjungi, tetapi sayang nya museum ini jarang terdengar. Saya dan empat orang teman saya memilih untuk mengunjungi museum ini karena kami penasaran dan bosan dengan museum-museum yang sudah pernah dikunjungi sebelumnya. 

0 comments:

Post a Comment

 

Design modified by mugimunteng | Basic Design by Dzignine in Collaboration with Trucks, SUV, Kidney Stones