otakatikawas!

otakatikawas!

Tugas 3: Saya, Museum Gajah dan Pakaian Kuno Indonesia

|
Oleh Kayrana Amadyatara XI IPA 1


PERJALANAN KE MUSEUM NASIONAL

Pada hari Jumat lalu, saya bersama beberapa teman sekelas saya yaitu Hana, Adis, Adira, Della, Kiki, Kayrana, Akla, Cintya, Raras, Nadya dan Eka pergi mengunjungi Museum Nasional atau lebih dikenal dengan Museum Gajah. Selepas solat Jumat, kami bersama-sama pergi ke Museum Gajah menggunakan 2 mobil. Sesampainya disana, kami langsung membeli tiket masuk seharga Rp. 2000. Awalnya kami diminta membayar tiket seharga dewasa (Rp. 5000) namun akhirnya petugas memberikan kami tiket harga anak-anak yakni Rp. 2000. Awalnya kami masuk ke bagian gedung utama yang di bagian depannya banyak terdapat patung-patung dewa-dewi hindu dan Buddha. Setelah berkeliling sebentar, kami memutuskan untuk pindah ke gedung baru yang terletak di sebelahnya karena rata-rata dari kami sudah pernah ke bagian gedung lama. Di gedung baru yang terdiri dari 4 lantai itu terlihat lebih terawat dan rapi dari gedung lama. Kami pun memulai pencarian artefak yang kami inginkan sebagai bahan tugas di area gedung baru.

MUSEUM NASIONAL  



Museum Nasional Republik Indonesia adalah salah satu museum yang berada di Jakarta. Mungkin orang-orang lebih mengenal museum ini sebagai Museum Gajah. Disebut Museum Gajah karena di halaman depan museum ini terdapat sebuah patung gajah yang meruapakan hadiah dari Raja Chulalongkorn dari Thailand.  Museum ini terletak di Jalan Medan Merdeka barat dan berhadapan langsung dengan Monumen Nasional (Monas).
Museum Gajah banyak mengkoleksi benda-benda kuno dari seluruh Nusantara. Antara lain yang termasuk koleksi adalah arca-arca kuno, prasasti, benda-benda kuno lainnya dan barang-barang kerajinan. Koleksi-koleksi tersebut dikategorisasikan ke dalam etnografi, perunggu, prasejarah, keramik, tekstil, numismatik, relik sejarah, dan benda berharga.
Sumber koleksi banyak berasal dari penggalian arkeologis, hibah kolektor sejak masa Hindia Belanda dan pembelian. Koleksi keramik dan koleksi etnografi Indonesia di museum ini terbanyak dan terlengkap di dunia. Museum ini merupakan museum pertama dan terbesar di Asia Tenggara.
Menurut catatan di tahun 2001 menunjukkan bahwa koleksin Museum Nasional telah mencapai 109.342 buah. Jumlah koleksi itulah yang membuat museum ini dikenal sebagai museum terlengkap di Indonesia. Pada tahun 2006 jumlah koleksinya sudah melebihi 140.000 buah, tapi baru sepertiganya saja yang dapat diperlihatkan kepada khalayak
Kondisi koleksi dijaga dengan ketat dengan usaha konservasi. Terutama adalah koleksi dari kertas yang butuh penanganan hati-hati. Seringkali bagian koleksi yang rusak diganti dengan bahan tiruan. Meskipun hal ini mengurangi otentisitas, tetapi tetap mempertimbangkan sisi estetika dan bentuk asli karya yang dikonservasi. Sering pula ditemui usaha rekonstruksi untuk mengganti koleksi yang rusak parah.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, koleksi di Museum Gajah sangat beragam mulai dari prasasti hingga benda-benda sehari-hari. Di area gedung baru yang saya kunjungi, terdapat banyak sekali benda-benda sehari-hari zaman dahulu. Mulai dari replika rumah, kendaraan, alat perang, alat masak, sampai yang paling simpel, yakni pakaian. Saya pun akhirnya memutuskan untuk memilih pakaian-pakaian kuno untuk bahan tugas sejarah saya.



PAKAIAN KUNO INDONESIA

Pakaian pada masa ini sudah menjadi sebuah gaya hidup. Orang-orang berpakaian sebaik mungkin untuk menunjukkan kepribadian bahkan status sosial mereka. Dan terhanya hal-hal tersebut sudah dimulai dari zaman dahulu kala, meskipun jenis pakaian dan bahannya tentu berbeda. Pada awalnya, pakaian hanya digunakan sebagai penutup atau pelindung tubuh dari cuaca dan benda-benda. Namun seiring perkembangan zaman, pakaian tidak hanya digunakan sebagai penutup atau pelindung tubuh namun juga sebagai simbol status pemakainya.

Bahan baku yang digunakan untuk membuat pakaian zaman dulu adalah dari serat tanaman seperti kapas dan kayu, kulit binatang, rumput, dedaunan/tumbuhan, manik-manik dan lain-lain. Bahan-bahan ini dapat dicari dari lingkungan sekitar dan tanpa harus diproses secara rumit (misalnya ditenun dan sebagainya). Mereka hanya perlu menyambung atau merangkai ‘bahan’ baju tersebut kemudian diikatkan ke tubuh sebagai penutup.

Pada puluhan, bahkan ratusan tahun yang lalu dapat dijumpai pakaian berupa cawat atau rok berumbai yang terbuat dari rumput-rumputan yang dirangkai atau dari buah yang dikeringkan yang hanya menutupi bagian vital saja. Selain itu bagi wanita juga ada yang membuat penutup dada terbuat dari semacam anyaman daun/akar yang merupakan asal muasal pakaian dalam wanita. Pakaian seperti ini bahkan sampai sekarang masih dapat ditemukan di beberapa suku di Indonesia, misalnya di Papua. Di papua, pakaian seperti ini disebut koteka dan masih bertahan sampai sekarang di pedalaman.





Akhirnya tibalah masa dimana manusia mulai bisa menemukan alat, salah satunya adalah alat tenun kain. Dengan ditemukannya alat tenun, terjadilah evolusi dalam pembuatan pakaian. Selain itu juga masuk unsur-unsur kebudayaan luar ke Indoesia sehingga memperkaya pengetahuan bangsa Indonesia tentang bahan, teknik dan teknologi pembuatan pakaian dari para pedagang Cina, Arab, India dan lain-lain yang datang ke Indonesia. Pedagang Islam mulai masuk pada abad XII-XIV di bandar-bandar besar. Selain menyebarkan agama, mereka juga membawa barang-barang misalnya tenun sutra, kain pelekat, sarung bermotif garis atau motif kotak-kotak yang sebelumnya tidak ada di Indonesia.

Masuknya orang-orang Barat juga membawa perubahan dalam bentuk pakaian di Indonesia. Mulai masuknya baju model barat juga mempengaruhi sehingga gaya berpakaian mulai berubah. Meskipun begitu, pakaian tradisional tetap menjadi pakaian utama, namun modelnya mulai berubah.Pakaian tradisional pun tetap menjadi identitas, biasanya digunakan dalam upacara adat resmi.

Selain itu, pakaian mulai bersifat sosial dan cara berpakaian seseorang dapat menunjukkan status sosial seseorang, dilihat dari cara berpakaian, motif dan bahan yang digunakan. Misalnya komunitas yang hidup di lingkungan Keraton menggunakan kain dodot atau motif tertentu misalnya lereng/parang dan dihias dengan cairan/tinta emas atau lebih dikenal dengan sebutan Prada, maka dapat menunjukkan bahwa ia berasal dari kalangan kerajaan/bangsawan. Contoh lainnya adalah jika ada wanita yang menggunakan songket dengan hiasan benang emas dalam suatu upacara/acara, dapat disimpulkan bahwa ia adalah salah satu dari kalangan kelas atas.

Pakaian sendiri dibedakan dalam kedua kelompok. Yaitu pakaian sehari-hari dan pakaian adat untuk upacara. Cara berpakaian dalam kedua kelompok ini dibedakan pula sesuai dengan latar belakang status sosial seseorang. Berpakaian sehari-hari tentu lebih simpel misalnya hanya baju dan rok/bawahan. Namun untuk pakaian adat biasanya ditambahi aksesori tertentu. Bisa berupa ikat pinggang, topi, hiasan kepala, anting, gelang bahkan mahkota. Mahkota dan topi kuno terbuat dari logam dan tumbuan kering. Dan ada pula yang ditambahkan paruh burung yang sudah mati dan dipasang di atas topi. Anting dan gelang kuno umumnya terbuat dari logam dan biasanya ukurannya besar. Bahkan ada suku tertentu di Kalimantan yang anting nya sangat berat karena terbuat dari logam sampai lubang di telinganya sangat besar dan hal itu menunjukkan statusnya dalam suku tersebut. Dari hal ini dapat dilihat bahwa pakaian (beserta aksesori) dapat menunjukkan darimana seseorang berasal, misalnya dari kalangan bangsawan atau rakyat jelata.





Berikut ini juga merupakan salah satu contoh pakaian adat pria yang disebut Karai Ne Tuama. Karai Ne Tuama berasal dari Menado dan terbuat dari serat pisang. Baju berleher V ini digunakan oleh laki-laki dalam upacara adat. Dalam pengembangannya, baju ini dilapisi oleh bahan katun agar tidak panas/gatal.





Pakaian juga dapat menunjukkan asal seseorang. Hal ini dapat dilihat dari motif pakaian/batik yang digunakan, karena umumnya batik memiliki corak tersendiri yang berbeda-beda setiap daerahnya. Pekalongan adalah salah satu daerah pusat pembuatan batik di pantai Utara dengan ciri khas motif berbupa bunga berwarna merah muda, kuning dan biru. Beberapa pola batik Pekalongan juga dibuat di Cirebon yang merupakan salah satu daerah pembuatan batik yang amat penting di dunia perbatikan. Motif batik Cirebonan banyak dipengaruhi oleh motif keratonan yang disesuaikan dengan pengaruh Islam (karena pengaruh Islam disana pada saat itu kuat). Selain itu, batik  Cirebonan juga banyak dipengaruhi oleh motif dan warna Cina seperti merah dan biru pada motif bunga, awan atau megamendung serta burung.









0 comments:

Post a Comment

 

Design modified by mugimunteng | Basic Design by Dzignine in Collaboration with Trucks, SUV, Kidney Stones