otakatikawas!

otakatikawas!

Tugas 3 ,Saya dan Suku Asmat

|
OLEH : OKTI GIFFARI



Tulisan ini saya buat untuk memenuhi nilai tugas sejarah tentang artefak – artefak yang ada di museum.tugas ini diberikan oleh guru saya pak Shobirin kira-kira sebulan yang lalu.Walaupun tugas ini sudah bisa dibilang sangat terlambat tapi saya dan teman –teman sekelas baru merencanakan perjalanan mencari artefak – artefak museum beberapa hari lalu.akhirnya kami memulai perjalanan di hari jumat tanggal 20 maret setelah shalat jumat kira – kira pukul 2 siang ke Museum Nasional .

AWAL PERJALANAN MENCARI ARTEFAK

kami berangkat dari sekolah hanya berenam yaitu Heza , Radifan,Olaf,Andry,Yoga dan saya sendiri kami yang awalnya berencana menumpang mobil cintya ternyata mobil itu sudah terisi penuh oleh teman yang lain sehinnga akhirnya kami memulai perjanan dengan menaiki bus Metromini jurusan 72 dan turun di sekitar lampu merah bulungan dan naik bus TransJakarta melalui Halte di Al-Azhar kami menunggu sekitar 5 menit dan akhirnya bus yang kami tunggu – tunggu datang juga.
Dikarenakan kami berangkat pada saat jam makan siang membuat kami harus berdesak – desakan dan berbanjir keringat dengan penumpang lain di perjanan kami menuju Museum Nasional.perjalanan itu melewati wilayah Gelora Bung Karno,Semanggi,Bundaran HI,Monas dan akhirnya kami sampai di Halte Monumen Nasional yang berada tepat di depan museum Nasional.Setelah sampai kami bergegas menuju kedalam museum dan membayar tiket masuk dengan harga pelajar yaitu Rp.2000,didalam kami juga berjalan menyusul teman kami yang sudah sampai duluan dan sekalian mencari artefak – artefak yan cocok untuk kami bahas di tugas ini.Museum ini terdapat dua wilayah gedung yaitu gedung modern dan gedung lama.dibagian depan museum kita dapat melihat patung gajah yang membuat musum ini juga dikenal sebagai Museum Gajah.



Museum Nasional, salah satu dari beberapa museum yang dikelola pemerintah, termasuk museum yang tertua di Indonesia, bahkan juga di seluruh kawasan Asia Tenggara. Museum Nasional lebih juga dikenal dengan Museum Gajah. Hal ini ditandai dengan adanya patung gajah pemberian Raja Thailand kepada Presiden Soekarno yang dipasang dihalaman depan museum. Dan layaknya seperti museum-museum lainnya di tanah airdibagian gedung lama terdapat tangga untuk mencapai lantai kedua yang katanya berisi tentang benda-benda koleksi emas dari beberapa tahun lalu sebagai koleksi milikIndonesia di bagian lantai dua ini tidak sembarang orang boleh masuk dan tidak diperkenankan untuk mengabadikan gambar karena alasan keamanan. di bagian gedung baru terdapat artefak- artefak yang disajikan lebih modern untuk menambah keinginan para pengunjung untuk menjelajahi Museum ini.di bagian museum moder ini juga terdapat informasi manusia purba pra sejarah dan artefak dari negara-negara lain.di bagian gedung tua banyak benda yang telihat sakral seperti Gamelan,Tempat tidur dewi Sri dan lain-lain.

waktu pertama masuk kami disuguhkan dengan patung – patung tua Dewa sepanjang dari pintu masuk sampai halaman dalam.lalu ada banyak keramik dan guci-guci setelah melewati taman tersebut.pada saat masuk ruangan berikutnya kami merasa ada hal yang aneh karena sepertinya ruangan tersebut gelap,dan sepi membuat kami sedikit binggung dikarenakan ini adalah siang hari dan gedung tersebut adalah bagian gedung lama yang disebalahnya berada gedung baru.Pada saat kami masuk tiba-tiba listrik menyala dan kami baru tahu kalau dari tadi terjadi mati lampu di museum tersebut di ruangan tersebut saya melihat perahu asmat yang sangat besar yang membuat saya terinspirasi untuk membuat tugas melalui perahu tersebut.

SUKU ASMAT INDONESIA

Artefak adalah sebuah benda bersejarah yang berguna pada kehidupan masa lalu perahu di indonesia merupakan alat pencaharian sebagian besar masyarakat Indonesia yang tinggal di bagian pesisir pantai di papua terdapat Suku Asmat yang juga menggunakan perahu sebagai mata pencaharian penduduknya yang berada di pesisir pantai. Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua. Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantaidan mereka yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi ini saling berbeda satu sama lain dalam hal dialek, cara hidup, struktur sosial dan ritual. Populasi pesisir pantai selanjutnya terbagi ke dalam dua bagian yaitu suku Bisman yang berada di antara sungai Sinesty dan sungai Nin serta suku Simai. Orang-orang Asmat merasa dirinya bagian dari alam. Karena itulah mereka sangat menghormati dan menjaga alam sekitarnya bahkan, pohon disekitar tempat hidup mereka dianggap menjadi gambaran dirinya. Batang pohon menggambarkan tangan. Buah menggambarkan kepala. Akar menggambarkan kaki.





Sehari-hari orang Asmat bekerja dilingkungan sekitarnya. Terutama untuk mencari makan. Anak-anak harus membantu orangtuanya. Mereka mencari umbi, udang, kerang, kepiting, dan belalang untuk dimakan. Sementara itu para bapak menebang pohon sagu serta berburu binatang dihutan.Bahan makanan yang sudah terkumpul dimasak oleh para ibu. Selain punya tugas memasak, para ibu juga mempunyai tugas menjaring ikan di rawa-rawa.
Masakan suku Asmat tidak seperti masakan kita. Masakan istimewa bagi mereka adalah ulat sagu. Namun sehari-harinya mereka hanya memanggang ikan atau daging binatang hasil buruan.Dalam kehidupan suku Asmat batu yang biasa kita lihat dijalanan ternyata sangat berharga bagi mereka. Bahkan, batu-batu itu bisa dijadikan sebagai mas kawin. Semua itu disebabkan karena tempat tinggal suku Asmat yang membetuk rawa-rawa sehingga sangat sulit menemukan batu-batu jalanan yang sangat berguna bagi mereka untuk membuat kapak, palu, dan sebagainya.Suku Asmat juga terkenal dengan ukiran-ukirannya yang sangat telihat natural dapat terlihat pada alat-alat sehari-hari.



Ukirannya juga dapat terlihat pada bagian atas perahu yang terdapat di Museum Nasional dan juga benda-benda Suku asmat lainnya .Ukiran Suku Asmat sanga berpengaruh dengan kepercayaan para penduduk.ukirannya adalah sebagai media penghubung antara mereka yang masih hidup danpara roh leluhur.Mereka mempresentasikan ukiran –ukirannya pada tiang-tiang kayu,Perahu,tameng ,patung dan lain-lain.Patung yang paling sakral bagi masyarakat Suku Asmat adalah Patung Bis.tetapi dizaman sekarang hasil ukiran tersebut bukan hanya untuk ke sakralan tetapi juga bernilai ekonomis bagi para penduduk.hasil ukiran tersebut biasanya dibeli oleh para turis yang sengaja datang untuk mengetahui kehidupan suku tersebut .Di bagian atas perahu terdapat ukiran –ukiran yang sangat natural.perahu ini juga terbuat dari sebuah pohon yan dibuang tengahnya hingga adanya cekungan yang dapat menampung tiga sampai lima orang tergantung ukuran perahu.saya juga hampir tertipu antara dayung untuk perahu dan tombak suku Asmat yang sangat mirip ukirannya tapi dapat dibedakan pada bagian ujungnya.suku asmat memiliki keunikan dalam mendayung perahu yang bentuknya menyerupai lesung yang terbuat dari pohon ketapang rawa, panjang sebuah chi bisa mencapai dua belas meter. Untuk membuatnya diperlukan waktu satu sampai dua minggu. Dayungnya terbuat dari kayu pala hutan dan bentuknya menyerupai tombak panjang. Sebagian perahu  diberi ukiran ular di tepinya serta ukiran khas Asmat di bagian kepalanya.


Di museum itu juga terlihat patung- patung persembahan dan perhiasan Milik Suku Asmat.memang Suku-suku di Papua terkenal dengan pakaian kotekanya untuk menutupi bagian kelamin pada para pria Suku Asmat.Suku Asmat juga merupakan salah satu suku tertua di Indonesia ini.sehingga negara juga menjaga kelestarian suku yang berada di papua ini.tetapi karena seringnya berkontak dengan orang-orang yang lebih modern mereka sudah mengenal uang,pakaian,nasi,dan lain-lain.mereka juga sudah meninggalkan kehidupan kanibalisme yaitu salin memakan manusia.Tetapi orang yang dianggap musuh masih di Bunuh dan bagian-bagian tubuhnya dibagikan kepada para warga disekitarnya untuk di konsumsi.di Suku Asmat juga Biasanya, sesuai adat masyarakat Asmat, tamu-tamu kehormatan seperti ini saat menginjakkan kaki di Asmat bakal disambut puluhan hingga ratusan perahu berisi orang-orang Asmat. Dengan gaya khasnya, orang-orang Asmat ini berdiri sambil mendayung dan mengumandangkan nyanyian tradisionalnya.
Akhirnya setelah kami sekelas berfoto bersama artefak di museum ini kami mengakhirinya dengan mengunjungi ke salah satu tempat makan tua di daerah Masjid Istiqlalbersama teman-teman sekelas.Demikian tugas saya.

Sekian,Terima kasih.

0 comments:

Post a Comment

 

Design modified by mugimunteng | Basic Design by Dzignine in Collaboration with Trucks, SUV, Kidney Stones