Perhatian! Dikarenakan alergi sang penulis terhadap kamera yang diarahkan padanya, post ini tidak akan mengandung foto sang penulis!
Sebagai murid SMA Labschool Kebayoran, tidak banyak yang begitu kenal sosoknya secara mendalam karena ia tidak banyak memiliki banyak tema karena ia cenderung untuk menyediri dan menjadi reklusif sosial. Itulah Muhammad Subhan Asra atau yang akhir-akhir ini ditulis sebagai Muhammad S. Asra.
Lahir 17 tahun yang lali di klinik kecil milik Insitut Agama Islam Negara(sekarang UIN) pada 10 Januari 1994 dari campuran darah orang Minang dan Sunda, kedua orang tuanya memberi nama demikian karena ia lahir pada pagi hari dan saat itu merupakan hari perayaan Isra Mi’raj. Nama belakang asra yang berbeda 1 huruf dengan sang ayah dibuat demikian karena larangan rezim. Pada saat dia dilahirkan, berat badannya hanya 2.3 kilogram, cukup ringan jika dibandingkan dengan kedua kakaknya. Tapi siapa sangka dengan berat badan yang relatif kecil dia menjadi yang palig berat diantara 2 kakaknya kelak. Walau ia anak ke 3 dari 4 bersaudara, ia entah kenapa tidak pernah memiliki kenangan buruk dari kedua kakaknya tersebut. Kakak pertamanya yang berjarak usia 10 tahun dan kakak keduanya yang berjarak 4 tahun memperlakukannya dengan cukup baik dan tidak pernah menjahilinya secara fisik. Entah kenapa ia memberikan perlakuan sangat berbeda kerpada adik perempuannya, yang berjarak 4 tahun. Mungkinkah karena cemburu kasih sayang yang diterima adiknya? Apapun itu, perlakuan dia terhadap adiknya sudah mulai di usia 16 tahun.
Kurang lebih 4-5 bulan setelah kelahiran, diadakan perhelatan terbesar dalam dunia persepak bolaan, yaitu Piala Dunia 1994 dengan Amerika Serikat sebagai tuan rumah. Hal yang cukup mengejutkan karena sepak bola bukan olahraga yang populer di negara adidaya tersebut. Kesebelasan legendaris Brasil berhasil menorehkan bintang keempat di dada kaus timnas mereka setelah menang 3-2 dalam adu pinalti dengan Itali.
Sekitar 11 bulan setelah kelahiran dirinya, Subhan sudah dapat berdiri dan jalan tanpa bantua dalam waktu singkat. Suatu pencapaian yang luar biasa diantara bayi-bayi lainnya. Tapi nampak hal tersebut bukan tanpa bayaran, karena ia baru dapat berbicara pada usia 3,5 tahun dengan kata pertamanya “mama”. Ia tidak dapat berbicara kata lain sampai setengah tahun kemudian. Mungkin hal tersebut menandakan bahwa Subhan akan mendapat kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain pada saat dewasa kelak.
Di tahun keempat dalam hidupnya, Subhan mendapat seorang adik perempuan. Ia masih mengingat jelas bagaimana ia menjenguk sang ibu pasca kelahiran dan almarhum kakeknya yang sering datang ketika adiknya tersebut lahir. Kenangan indah bersama sang kakek masih melekat dalam dirinya.
Di tahun 1998 tersebut semua orang Indonesia pastiya tahu akan Kerusuhan 13 Mei, yang merupakan puncak dari krisis finansial moneter yang dimulai sejak 1997. Tidak begitu banyak yang melekat dalam memori Subhan, karena ia tinggal di daerah yang cukup dalam dan saat itu ia belum sering menonton televisi. Terlepas dari kerusuhan tersebut, Subhan memasuki Taman Kanak-Kanak Ketilang di tahun yang sama. Taman Kanak-Kanak tersebut merupakan Taman Kanak-Kanak yang sama-sama dimasuki oleh kedua kakaknya. Hal ini masih diikuti oleh adiknya nanti.
Kerusuhan 13 Mei tersebut mungkin menjadi salah satu gaktor kenapa Subhan tidak bisa mengingat salah penghelatan terbesar Sepak Bola, Piala Dunia 1998 yang menjadikan Perancis, sang tuan rumah mendapat bintang pertama setelah menekuk Brasil 3-0. Tapi teringat samar teriaka “ole,ole” didalam benak Subhan.
Tidak banyak hal menarik pada saat kehidupannya di Taman Kanak-Kanak, kecuali dia sering membolos pada saat jam plejaran menggambar, suatu hal yang akan ia sesali kelak.
Tahun 1999 adalah ketika ayahnya, Azyumardi Azra diangkat menjadi rektor IAIN. Keluarganya pindah kerumah dinas yang berlokasi didalam komplek kampus, sehingga jarak dari Taman Kanak-Kanaknya yang biasanya bisa ditempuh cukup dengan berjalan kaki, sekarang harus menggunakan motor agar bisa sampai dengan cepat.
Di tahun 2000, Subhan pernah merasa heran dengan suasana tahun baru yang begitu sepi, berbeda dengan saat-saat dia masih kecil dulu. Setelah ia dewasa barulah ia tahu alasan dibalik sepinya tahun baru 2000 masehi. Terlepas dari hal tersebut, Subhan pada tahun ini lulus dari Taman Kanak-Kanak Ketilang dan memasuki bab baru dalam hidupnya, yaitu masuk kedalam jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Subhan masuk kedalam Madrasah Pembangunan yang tepat berada disebelah taman kanak-kanaknya dulu. Sama seperti dulu, ia masuk sekolah tersebut mengikuti jejak kedua kakaknya, yang sekali lagi akan diikuti oleh adiknya kelak. Tidak ada yang hal lain yang menarik ditahun pertamanya sebagai siswa sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah.
1 tahun berselang, terjadi kerusuhan di kompleks kampus IAIN setelah demo yang dilakukan oleh FORKOT berakhir ricuh. Seluruh keluarga rektor terpaksa melakukan evakuasi kerumah lamanya di pisangan barat untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Tidak berselang lama setelah kerusuhan tersebut, terjadi lagi tragedi kemanusiaan di belahan bumi yang lain, New York, yaitu peristiwa 9/11. Masih melekat betul liputan berita yang menggambarkan 2 pesawat menabrak gedung WTC yang dimana Subhan sudah mengenalnya sebagai gedung tertinggi di dunia.
Memasuki tahun 2002, Subhan yang sudah menginjak usia 8 tahun mulai sering menonton televisi, terutama anime dari Jepang, suatu hal yang akan menjadi salah satu kegemarannya kelak. Hal itu terbukti ketika perhelatan terbesar dunia Sepak Bola kembali digelar, Piala Dunia 2002 dengan Korea Selatan dan Jepang sebagai tuan rumahnya, Subhan lebih sering menonton kartun dari maskot Piala Dunia kala itu daripada menonton pertandingan sepak bolanya. Piala Dunia 2002 di akhiri dengan Brasil menggulung Jerman 2-0 di final. Brasil pun mencetak bintangnya yang kelima.
Memasuki tahun 2003, Subhan yang telah memasuki usia 9 tahun pun mulai serius menekuni kegemaran yang akan memberi cukup banyak dalam kepribadiannya, bermain video game.hal tersebut sebenarnya sudah dimulai ketika usianya sekitar tujuh tahun atau pada tahun 2002, akan tetapi dia semakin memasuki dunia tersebut ketika kakak keduanya mendapat hadiah playstation 2 atas prestasinya mendapat peringkat 1 di SMP 19.
Di tahun 2004, setelah menonton Hamtaro dan membaca berita mengenai sebuah asteroid, Subhan yang cukup syok melihat berita tersebut yang mngin dikarenakan usianya yang masih belia, memutuskan untuk memelihara hamster sebagai sebuah pengalih perhatian dan hiburan. Dia terus memelihara hasmter hingga hari ini.
Tidak banyak hal lagi yang dapat diceritakan mengenai Subhan dalam kehidupannya menempuh jenjang sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah. Ia tetap seorang yang penyendiri. Sepulang sekolah ia selalu langsung menuju rumah dan bermain sendirian. Walaupun ia orang yang cukup temperamental dan terkadang mengamuk dalam kelas. Beruntung baginya dan siapapun karena sifat temperamentalnya ini semakin hilang begitu dia beranjak dewasa.
2006, tahun dimana Subhan lulus dari jenjang madrasah ibtidaiyah, dan dia pun melanjutkan ke jenjang berikutnya yang lebih tinggi. Subhan mengikuti jejak kakaknya yang pertama, yaitu melanjutkan sekolah ke Madrasah Tsanawiyah Pembangunan yang masih 1 kompleks dengan madrasah ibtidaiyah Pembangunan. Walau ia sepat mempertimbangkan untuk masuk SMP 19 guna mengikuti jejak kakaknya yang kedua atau SMP Labschool Kebayoran karena pada saat itu, kakaknya yang kedua sedang menempuh pendidikan di SMA Labschool Kebayoran.
Di tahun 2006 , perhelatan terbesar dunia Sepak Bola kembali digelar, yaitu Piala Dunia 2006 dengan Jerman sebagai tuan rumah. Walau sudah cukup mengerti, Subhan belum tertarik dengan dunia persepak bolaan dan dia belum mendukung tim dari negara manapun dengan jelas. Di Piala Dunia tersebut, Prancis kalah dalam adu pinalti dengan Itali setelah Zinedine Zidan dikartu merahkan. Hal tersebut masih menjadi hal paling kontroversial dalam dunia sepak bola. Selain dari Piala Dunia, Subhan dan keluarganya pindah rumah walau kepindahannya begitu dekat, tapi itu tetap menjadi pengalaman yang tidak terlupakan mengingat seberapa lamanya Subhan tinggal di rumah lamanya tersebut.
Subhan memulai masa Madrasah Tsanawiyahnya dengan tergabung dengan kelas 7A. Tidak banyak perubahan yang ia alami karena sebagian besar murid madrasah tsanawiyah Pembangunan berasal dari madrasah ibtidaiyahnya. Hal yang mungkin patut diperhatikan adalah bahwa kelas 7A tersebut sering disebut sebagai kelas unggulan. Selain itu tidak ada hal yang menarik dalam tahun pertamanya menempuh jenjang menengah pertama.
Kira-kira di awal tahun 2007, Subhan mulai akrab dengan dunia Internet dan dia pun mulai berpikir kritis terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi disekitarnya. Hal tersebut dapa dilihat dari kebiasaannya membaca koran sebelum ia berangkat sekolah, mengingat banyak waktu yang bisa dimanfaatkan karena jarak rumahnya dari sekolah cukup dekat. Wawasan dan cakrawalanya terhada dunia pun semakin berkembang daripada yang sebelumnya. Kadang hal tersebut menyulitkan dirinya sendiri dalam bersosialisasi dengan teman sebaya karena dia lebih tertarik dengan hal yang mungkin lebih diketahui orang dewasa.
Di tahun ajaran berikutnya, Subhan melanjutkan bab kehidupannya di kelas 8A. Tidak begitu banyak hal yang dapat diceritakan pada bab ini, kecuali kalau dia sudah mulai kenal dengan orang yang kelak akan menjadi sahabat terbaiknya sampai dengan saat ini. Teman terbaik yang dimaksud adalah Yudhistira P. Ananda.
Naik ke kelas berikutnya, yaitu Kelas 9A, Subhan memasuki bab baru lagi dalam hidupnya. Kehidupannya di kelas 9 ini cukup berbeda daripada dua tahun sebelumnya yang dimana dia cenderung menyendiri dan tertutup. Di kelas 9 ini dia lebih banyak bersosialisasi bersama teman-teman barunya selama kelas 9.
Di penghujung masa-masanya di kelas 9 dan di jenjang madrasah tsanawiyah, pada tahun 2009 Indonesia menyelenggarakan pemilihan umum yang ketiga. Disini Subhan yang berusia 15 tahun sudah menunjukkan afiliasi politik. Tidak hanya sekedar memihak, dia pun sudah peka dan mengerti kondisi perpolitikan Indonesia pada saat itu. Pemilihan umum tersebut berakhir dengan kemenangan Susilo Bambang Yudhoyono yang berpasangan dengan Boediono untuk melanjutkan periode pemerintahannya yang kedua dengan mengantongi suara sebesar 60%, sesuatu yang Subhan terus pertanyakan.
Lulus dari madrasah tsanawiyah dengan baik dan memuaskan, Subhan memilih untuk melanjutkan jenjang pendidikannya ke SMA Labschool Kebayoran, mengikuti jejak kakaknya yang kedua. Ini pertama kali baginya untuk keluar dari lingkungan sekolah yang sebelumnya, sehingga ketika pertama kali di SMA labschool Kebayoran dia merasa kesulitan bersosialisasi dengan lingkungan barunya. Beruntung baginya karena Masa Orientasi Siswa sangat membantu dia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya dan melewati Masa Orientasi Siswa dengan baik.
Bab berikut hidupnya berlanjut ke Trip Observasi 2009 yang diselenggarakan di kampung Pasir Muncang. Suasana kampung Pasir Muncang sangat persis dengan kampung halaman ibunya di Binuangeun, Malingping, Banten, walau suhu udara disana jelas lebih dingin karena Binuangeun berada di pantai sedangkan kampung Pasir Muncang berada diatas gunung.
Kegiatan Trip Obserbasi merupakan peristiwa yang cukup bersejarah dalam kehidupannya di Labschool Kebayoran karena di kegiatan Pra-Trip Observasi diberikan nama bagi angkatan 9 yaitu Nawa Drastha Sandyadira.
Bab berikutnya pun berlanjut kepada kegiatan Bina Mental Siswa atau lebih dikenal sebagai BINTAMA. Dalam sebuah kegiatan bersama Grup 1 Kopassus di Serang Banten tersebut Subhan mendapat banyak pelajaran dalam menghargai kebersamaan dan berjiwa korsa. Memori akan BINTAMA begitu lekat dalam benak Subhan.
Menjelang kenaikan kelas menuju kelas 11 dan penjurusan, Subhan mendapati dilema dalam memilih jurusan. Dia begitu ahli dalam bidang IPS, walau ketetarikannya pada saat itu lebih tersita pada bidang IPA. Akhirnya di detik-detik terakhir ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke bidang IPA.
Pada tahun 2010, acara 4 tahun yang merupakan perhelatan terbesar dunia Sepak Bola kembali digelar Piala Dunia 2010 dengan Afrika Selatan sebagai tuan rumah pertama dari benua hitam tersebut. Di Piala Dunia 2010 ini Subhan mulai megembangkan ketertarikannya pada sepak bola. Dia menjagokan negara Inggris dan Jerman, walau yang memenangkan piala tersebut adalah Spanyol setelah mengalahkan Belanda di final dengan skor 1-0.
Rencana kemudian yang akan ia tulis dalam bab kehidupan selanjuya adalah lulus dengan baik dari SMA Labschool Kebayoran dan mampu meimba ilmu sains di Jerman. Kemudian kalau dia mampu mungkin pendidikan S2 nya akan dilanjutkan di Jepang pada bidang yang tidak jauh dari Sains. Jauh kedepannya dia berkinginan untuk Menyelesaikan S3 di bidang Sejarah.
Tujuan hidup yang ia capai adalah memberikan kontribusi yang berguna bagi umat manusia, dan dia berencana memenuhi hal tersebut melalui ilmu pengetahuan. Selain itu, dia pun ingin mendirikan sebuah panti asuhan kelak apabila ia berhasil.
Subhan memiliki ketertarikan yang sangat dalam pada ilmu pengetahuan, karena ia menganggap ilmu pengetahuan sebagai sebuah kebenaran. Selain perkataan kedua orang tuanya yang kerap dilontarkan padanya membuat posisi ilmu dalam hidupnya lebih tinggi dari harta
“Uang dan warisan akan cepat habis, sedangkan apabila kamu menimba ilmu, maka hal terebut akan lebih berguna dan tidak akan pernah habis” –ayah dan ibu
0 comments:
Post a Comment