otakatikawas!

otakatikawas!

TUGAS 2, SAYA DAN SAKSI PERISTIWA

|

Tugas 2 yang berjudul ‘saya dan saksi peristiwa’ ini adalah tugas yang cukup sulit. Saya berkali-kali diingatkan untuk mengumpulkan tugas ini. Tetapi, saya ingat sekali sudah selesai mengerjakan tugas ini dari lama. Lalu kemarin malam, saya mengecek kembali. Ternyata tugas 2 ini tersimpan di draft. Kemungkinan terbesar adalah karena saat saya mengpost tugas 2 ini, internet di rumah saya sedang eror. Sehingga tugas 2 ini tidak bisa di post lalu tersimpan di draft. Dalam hal ini saya salah karena tidak mengecek kembali ke blog ini. Dalam tugas 2 ini saya mewawancarai bapak saya sendiri. Bapak saya termasuk saksi dari peristiwa semanggi dan tragedi trisakti pada tahun 1998 yang berawal dari krisis moneter yang menimpa Indonesia.

Bapak saya bernama Eddy Sumedi. Ia lahir di Sukabumi tanggal 24 januari 1955. Ia adalah anak ke 10 dari 11 bersaudara dari pasangan Sumeru dan Murwendah. Dari ke 11 bersaudara ini, bapak saya lah yang sangat dekat dengan keluarga besar maupun keluarga kita. Keluarga saya adalah keturunan dari pangeran diponogoro. Tetapi karena dr keluarga saya sangat banyak jadi di dalam peraturan yang dapat memakai nama terhomat (raden ayu/ roro) hanya anak pertama&kedua. Karena bapak anak ke 10, jadi iya tidak mendapatkan nama terhomat itu.  bapak ku telah lulus S1 di trisakti. Ia berkenalan dengan adiknya sahabat dia, yaitu Amalia Saleh (ibu saya). Ia mendengar cerita ini dr temannya langsung. Bapak ku adalah saksi dari peristiwa semanggi dan tragedi trisakti pada tahun 1998 yang berawal dari krisis moneter yang menimpa Indonesia
     
Bapak saya bercerita bahwa awal dari peristiwa kerusuhan ini merupakan kemarahan masyarakat terhadap kebrutalan aparat keamanan dalam peristiwa Trisakti yang dialihkan kepada orang Indonesia sendiri, terutama keturunan Cina. Betapa amuk massa itu sangat menyeramkan dan terjadi sepanjang siang dan malam hari mulai pada malam hari tanggal 12 Mei dan semakin parah pada tanggal 13 Mei siang hari setelah disampaikan kepada masyarakat secara resmi melalui berita mengenai gugurnya mahasiswa tertembak aparat. Ayah saya juga menceritakan bagaimana keadaan ekonomi pada masa itu, beliau berkata bahwa pada awal 1998, 1 dollar Amerika setara dengan 2400an rupiah,namun kemudian melonjak tajam hingga mencapai 17.000an rupaih per dollar Amerika,hal ini membuat harga harga barang dan sembako naik tiga lipat, yang berakibat pada tingginya tingkat kriminal pada masa itu. Diawali  dari krisis finansial asia, yaitu krisis finansial yang dimulai pada Juli 1997 di Thailand, dan memengaruhi mata uang, bursa saham dan harga aset lainnya di beberapa negara Asia atau yang lebih dikenal dengan “krisis moneter” di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu Negara yang mendapatkan dampak paling parah dari krisis finansial asia. Pada Juni 1997, Indonesia terlihat jauh dari krisis. Tidak seperti Thailand, Indonesia memiliki inflasi yang rendah, perdagangan surplus lebih dari 900 juta dolar, persediaan mata uang luar yang besar, lebih dari 20 miliar dolar, dan sektor bank yang baik. Tapi banyak perusahaan Indonesia yang meminjam dolar AS. Di tahun berikut, ketika rupiah menguat terhadap dolar, praktisi ini telah bekerja baik untuk perusahaan tersebut -- level efektifitas hutang mereka dan biaya finansial telah berkurang pada saat harga mata uang lokal meningkat. Pada Juli, Thailand megambangkan baht, Otoritas Moneter Indonesia melebarkan jalur perdagangan dari 8 persen ke 12 persen. Rupiah mulai terserang kuat di Agustus. Pada 14 Agustus 1997, pertukaran floating teratur ditukar dengan pertukaran floating-bebas. Rupiah jatuh lebih dalam. IMF datang dengan paket bantuan 23 miliar dolar, tapi rupiah jatuh lebih dalam lagi karena ketakutan dari hutang perusahaan, penjualan rupiah, permintaan dolar yang kuat. Rupiah dan Bursa Saham Jakarta menyentuh titik terendah pada bulan Septemer. Moody's menurunkan hutang jangka panjang Indonesia menjadi "junk bond". Inflasi rupiah dan peningkatan harga bahan pokok membuat keadaan ekonomi Indonesia menjadi tidak stabil. 

   Kata bapak saya saat itu terjadi  penjarahan secara besar-besaran di mana-mana. Pada kerusuhan ini banyak toko-toko dan perusahaan-perusahaan dihancurkan, dirusak dan dibakar oleh amuk massa — terutama milik warga Indonesia keturunan Tionghoa. Karena ketika itu Tionghoa dianggap sebagai komunis. Terdapat ratusan wanita keturunan Tionghoa yang diperkosa dan mengalami pelecehan seksual dalam kerusuhan tersebut. Sebagian bahkan diperkosa beramai-ramai, dianiaya secara sadis, kemudian dibunuh. Dalam kerusuhan tersebut, banyak warga Indonesia keturunan Tionghoa yang meninggalkan Indonesia. Amuk massa ini membuat para pemilik toko di kedua kota tersebut ketakutan dan menulisi muka toko mereka dengan tulisan "Milik pribumi" atau "Pro-reformasi" Sebagian mahasiswa mencoba menenangkan masyarakat namun tidak dapat mengendalikan banyaknya massa yang marah. Kerusuhan ini merupakan amarah dari masyarakat yang dipendam. Masyarakat sudah tidak sanggup terus berada di bawah baying-bayang pemerintahan orde baru yang otoriter. Setiap mengeluarkan pendapat yang berseberangan dengan pemerintah, selalu dikaitkan dengan kegiatan makar. Hal ini menyebabkan masyarakat merasa takut dan tidak berani untuk mengeluarkan pendapat. 
   
Setelah kerusuhan, menurut bapak saya peristiwa ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah bangsa Indonesia pada abad ke 20, yang tinggal hanyalah duka, penderitaan, dan penyesalan. Bangsa ini telah menjadi bodoh dengan seketika karena kerugian material sudah tak terhitung lagi padahal bangsa ini sedang mengalami kesulitan ekonomi. Belum lagi kerugian jiwa di mana korban yang meninggal saat kerusuhan mencapai ribuan jiwa. Mereka meninggal karena terjebak dalam kebakaran di gedung-gedung dan juga rumah yang dibakar oleh massa. Ada pula yang psikologisnya menjadi terganggu karena peristiwa pembakaran, penganiayaan, pemerkosaan terhadap etnis Cina maupun yang terpaksa kehilangan anggota keluarganya saat kerusuhan terjadi. Sangat mahal biaya yang ditanggung oleh bangsa ini. Akhirnya dibentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk menyelidiki masalah ini karena saat itu Indonesia benar-benar menjadi sasaran kemarahan dunia karena peristiwa memalukan dengan adanya kejadian pemerkosaan dan tindakan rasialisme yang mengikuti peristiwa gugurnya pahlawan revormasi. Demonstrasi terjadi di kota-kota besar dunia mengecam kebrutalan para perusuh. Akhirnya untuk meredam kemarahan dunia luar negri TGPF mengeluarkan pernyataan resmi yang menyatakan bahwa adalah benar terjadi peristiwa pemerkosaan terhadap wanita etnis minoritas yang mencapai hampir seratus orang dan juga penganiayaan maupun pembunuhan oleh sekelompok orang yang diduga telah dilatih dan digerakkan secara serentak oleh suatu kelompok terselubung. Sampai saat ini tidak ada tindak lanjut untuk membuktikan kelompok mana yang menggerakkan kerusuhan itu walau diindikasikan keterlibatan personel dengan postur mirip militer dalam peristiwa itu. Akhirnya kerusuhan mulai reda ketika presiden Republik Indonesia pada saat itu,Soeharto memutuskan untuk mundur dari jabatannya sebagai presiden.


[+/-]Baca Lebih Lanjut? Klik Judul Artikel

 

Design modified by mugimunteng | Basic Design by Dzignine in Collaboration with Trucks, SUV, Kidney Stones