otakatikawas!

otakatikawas!

16 tahun. nurul akla

|


Masa balita:
 Hari jumat, tepat pada jam 5 pagi tanggal 12 Agustus 1994 saya dilahirkan. Nama saya adalah Nurul Akla. “Nurul itu artinya cahaya”, kata mama. Saya adalah anak kedua yang berbeda selisih 3 tahun dengan kakak saya. Orang tua saya sangat bersyukur saya dilahirkan dengan sehat dan normal, mengingat mama yang menderita penyakit yang akut pasca melahirkan kakak saya. Jakarta merupakan tempat kelahiran saya dan menetap hingga sekarang, rumah pun tidak pernah pindah sejak saya lahir. Kondisi ini sangat menguntungkan, karena saya mengenal baik dan nyaman dengan lingkungan sekitar rumah. Setiap harinya, pada saat balita, saya sangat sering bermain ke luar rumah entah untuk berkunjung ke rumah teman ataupun hanya untuk bermain sepeda atau bulu tangkis bersama kakak. Ini berlangsung sampai saya duduk di bangku sekolah dasar.
Masa TK:

Pendidikan pertama yang saya dapatkan adalah TK, yang bernama TK Kasih Ananda VII. Tidak hanya saya, kakak dan adik saya pun bersekolah disana pada masa mereka masing-masing. Letak TK saya tidak jauh dari rumah, sehingga setiap hari saya naik becak atau jalan kaki waktu itu. Kegiatan di TK sangat menyenangkan dan berkesan bagi saya, apalagi ditambah dengan teman dekat saya yang menambah warna setiap harinya. Walaupun saya masih kecil, namun saya sangat sering bermain di rumah teman atau sebaliknya, bahkan yang rumahnya terletak di sektor yang berbeda dari rumah saya. Ini disebabkan oleh mama saya yang sangat akrab dengan mama teman-teman saya bahkan sampai dewasa ini. Mama yang waktu itu merupakan wiraswasta, biasanya selalu mengecek tokonya, dan saya selalu ikut bersamanya, entah itu pulang dari TK, ataupun memang dari rumah. Namun sekarang tokonya sudah disewa dan mama hanya menjadi ibu rumah tangga sekarang.
Masa-masa di taman kanak-kanak pun sangat cepat berlalu, dari kelompok bermain, kelompok A, sampai ke kelompok B. Tetapi masa TK yang paling berbekas di benak saya adalah saat dimana orang tua saya melaksanakan ibadah haji. Saya hanya tinggal bersama kakak dan bibi, dimana keluarga dan kerabat hanya sesekali datang untuk menemani saya dan kakak. Tetapi setiap sabtu dan minggu saya menginap di rumah tante saya yang berada di Cinere jadi rasa kesepian pun terhapuskan sejenak. Pada minggu terakhir orang tua saya di Mekkah, saya terjatuh di tempat bermain dan mengalami pendarahan di bagian kepala. Mungkin itu pertama kalinya saya merasakan pingsan, dan tiba-tiba saja saya terbangun dan sudah berada di ruang guru. Para guru segera bergegas membawa saya ke puskesmas terdekat dan akhirnya luka saya dijahit dan disuntik. Bibi pun panik dan cemas terhadap kondisi saya. Untung 2 hari kemudian papa dan mama sudah pulang sehingga luka saya dapat ditangani dengan lebih baik, walau lukanya sampai sekarang masih berbekas di bagian dahi saya.
Selain itu, sebuah perjalanan keluarga yang masih teringat pada saat masa kecil saya adalah pulang ke kampung halaman saya yang terletak di Aceh dengan menggunakan mobil pribadi. Perlu diingat bahwa letak Aceh berada di ujung pulau Sumatra, sehingga perjalanan tersebut memakan waktu berhari-hari. Dari Jakarta sampai merak, kemudian menyebrangi selat sunda dengan kapal sampai menyusuri hampir seluruh provinsi yang ada di pulau Sumatra. 1998 perjalanan itu terjadi, jok bagian belakang pun dilipat dan ditaruh kasur untuk beristirahat. Perjalanan yang melelahkan namun sangat menyenangkan bagi saya, karena mungkin itu merupakan pengalaman sekali seumur hidup.

Masa SD:
Seperti anak-anak pada umumnya, saya mengikuti les-les dari renang sampai bahasa inggris. Namun, saya tidak pernah les musik pada saat kecil, sehingga saya tidak mempunyai dasar musik yang kuat. Berbeda dengan yang lain, mulai dari pertengahan tahun di SD saya tidak pernah lagi mengikuti les tersebut dan hanya menghabiskan waktu di rumah untuk bermain game atau kegiatan di lingkungan rumah. Mungkin itu salah satu faktor saya malas-malasan untuk masuk ke sebuah kursus. Satu-satunya yang saya jalani sampai saya tamat SD adalah les mengaji saja. ini juga disebabkan latar belakang keluarga saya yang religius sehingga mendoktrin saya untuk dapat beribadah dengan baik.
Tahun 2000 saya berganti jenjang pendidikan ke SD Harapan Ibu. Awalnya saya ingin dimasukkan ke sekolah kakak saya dulu, namun karena teman-teman saya ingin bersekolah disana, maka orang tua saya pun memasukkan saya kesana. “Nurul itu orangnya pendiam, dia jarang berbicara”, mama yang berkata kepada temannya, merupakan salah satu alasan mengapa saya  dimasukkan ke SD yang banyak dari teman saya sewaktu TK. Seiring berjalannya waktu saya menjadi orang yang lebih sering berbicara, dan lebih bisa berteman dengan orang banyak. Selain itu masa-masa di SD merupakan masa yang paling cemerlang bagi saya sejauh ini, karena saya sering menjadi peringkat 1 di kelas dan lulus dengan hasil yang sangat memuaskan.
Saat SD pun merupakan pertama kalinya saya memperoleh telepon genggam dan uang jajan sendiri, sehingga merasa lebih mandiri pada saat itu. Berbagai kegiatan sekolah pun saya ikuti termasuk drum band, namun tidak berlangsung lama karena kurangnya siswa yang ikut sehingga ekskul tersebut dihentikan. Saat itu adalah kelas 3, yang juga ditahun itu nama panggilan saya berubah dari Nurul menjadi Akla karena terdapat 3 orang yang bernama Nurul di kelas saya.
Secara keseluruhan masa SD merupakan masa dimana saya merasakan tidak mempunyai beban apapun. Dibelahan Indonesia lain, minggu pagi tepatnya tanggal 26 Desember 2004, terjadi gempa dan tsunami yang menimpa kampung halaman saya sendiri yaitu di Aceh. Hari itu orang tua saya sangat panik mendengar kabar itu pertama kali di salah satu stasiun radio. Beberapa hari jaringan telepon terputus sehingga tidak dapat menghubungi kerabat yang tinggal disana. Dikabarkan korban jiwa mencapai 200.000 orang lebih dan 500.000 orang tidak mempunyai tempat tinggal di kala itu. Kerabat pun ada yang menjadi korban jiwa, namun ada juga yang selamat, serta ada juga yang rumahnya sudah hilang dilanda tsunami. Tahun itu ditutup dengan satu bencana alam yang membuat tanah air berduka.
Tidak terasa hampir 6 tahun saya bersekolah di SD. Awalnya saya ingin bersekolah di SMP negeri, namun karena sudah terlanjur tes dan diterima di Labschool jadi orang tua saya memasukkan saya kesana.

Masa SMP:
Juli 2006, seragam yang awalnya rok pendek berubah menjadi panjang. Sekolah yang biasa berada di dekat rumah, sekarang harus memakan waktu lebih banyak dan merasakan kemacetan jakarta lebih lama. Kegiatan di SMP berbeda dengan SD, kegiatannya lebih padat dan terdapat berbagai hal yang tidak didapatkan sewaktu saya SD. Contohnya lari pagi setiap hari jumat yang awalnya sangat melelahkan untuk ukuran saya, namun seiring berjalannya waktu rasa lelah itu berkurang dan semakin berkurang seiring berjalannya waktu. Uniknya lari pagi ini, sesekali dan biasanya pada saat hari yang diperingati secara nasional, siswa mengenakan kostum yang sudah disepakati oleh kelas-kelasnya masing dimana berbagai kreatifitas dapat disalurkan disana.
Dimulai dari kelas 7, yang dimulai dengan masa orientasi siswa. Berbagai atribut yang tidak biasa harus dibeli dan dikenakan sepanjang 5 hari itu. Setelah minggu tersebut dilewati, kemudian kegiatan belajar-mengajar pun dilaksanakan. Perbedaan yang kontras terjadi pada pergantian tiap mata pelajaran, dimana harus berpindah kelas yang biasanya hanya menetap pada satu kelas. Kegiatan ini disebut moving class, tentu hal ini merupakan hal yang baru bagi saya.
Sekolah baru tentu menambah teman baru. Berbagai anak dari sekolah lain dapat kita jumpai, walaupun tidak langsung membaur ke semua orang di kelas, namun lama-kelamaan menjadi  akrab. Kegiatan selain akademik di kelas 7 termasuk banyak, apalagi bagi yang berminat untuk menjadi OSIS. Diantara berbagai seleksi dan berbagai kegiatan lain di labscshool kebayoran ini, saya juga harus mengejar kegiatan akademik yang menurut saya mempunyai batas ketuntasan yang lumayan tinggi. Meskipun pas-pasan saya berhasil melaksanakan akademik dengan baik dan lolos seleksi dan menjadi OSIS pada saat kelas 8.
Kelas 8 merupakan saat yang paling santai dimana kegiatan akademik seakan-akan ‘tidak dihiraukan’. Belum lagi ditambah dengan kondisi kelas yang dianggap guru kelas paling tidak kondusif menambah suasana ingin belajar hilang rasanya. Tahun tersebut terdapat kegiatan bimensi yang merupakan kegiatan latihan bersama marinir yang dilaksanakan di Cilandak. Sedangkan kelas 9 diisi dengan belajar intensif untuk mendapatkan hasil maksimal dimana terdapat berbagai ujian dan try out yang menguras otak lebih. Namun saya tidak mengikuti kegiatan bimbingan belajar atau les sehingga waktu untuk istirahat saya lebih banyak dari teman-teman saya yang lain. Selain itu terdapat kegiatan farewell yang merupakan kegiatan yang cukup berkesan karena merupakan acara yang kita rencanakan sendiri dan berlangsung dengan baik dan sangat memuaskan.
Masa SMA:

Pahitnya hasil nilai UN saya kurang memuaskan. Sehingga saya tidak bisa masuk ke sekolah negeri favorit yang saya inginkan. Akhirnya, saya memutuskan untuk masuk ke SMA Labschool Kebayoran karena sudah lulus tes. Seluruh keluarga saya pindah ke Aceh karena ayah ditugaskan untuk bekerja disana dan menetap. Namun saya menolak untuk pindah karena, sifatnya tanggung untuk pindah dimasa SMA karena saya ingin masuk ke perguruan tinggi yang ada di Jakarta. Alhasil, tiap bulan orang tua saya berkunjung ke Jakarta untuk melihat keadaan saya, dan pada liburan sekolah saya pergi ke Aceh untuk berlibur disana.
Hari pertama masuk sekolah dengan rok abu-abu merasa seperti masuk sekolah pada saat SMP bagi saya. mulai dari teman, lingkungan, gedung dan fasilitas sama seperti saya SMP sehingga saya tidak perlu susah payah beradaptasi untuk awal masuk sekolah. SMA dimulai dengan MOS yang tidak begitu keras, dan diawali dengan pembagian kelas yang dimana saya berada di kelas XC. Kelas 10 merupakan saat yang paling banyak kegiatan dimana terdapat Trip Observasi dan seleksi pengurus OSIS. Semester 2 juga terdapat kegiatan BINTAMA yang hampir seperti bimensi namun berbeda tempat pelatihannya. Selain kegiatan non-akademik, saya juga harus dituntut untuk bisa masuk jurusan IPA karena saya ingin melanjutkan studi saya ke fakultas kedokteran (amin). Untungnya saja standar nilai untuk mata pelajaran IPA lebih rendah dari pelajaran lain sehingga saya masih bisa mengimbanginya. Alhamdulillah, saya akhirnya naik kelas dan masuk ke kelas XI IPA 1.
Kelas XI dipenuhi dengan kesibukan OSIS dimana terdapat skybattle, sky avenue yang akan datang dan program-program lain yang menambah aktivitas sekolah menjadi lebih padat. Fase ini masih berlangsung hingga sekarang. Kini saya berumur 16 tahun dan tahun ini beranjak 17 tahun.  
Masa Depan:
Harapan dan cita-cita saya nanti kelak saat kelas 12 dapat menjalankan seluruh kegiatan akademik dengan baik, lulus, serta diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (amin). Kemudian lulus di tahun 2015 dan melanjutkan S2 di bidang spesialis bedah. Setelah itu seiring berjalannya waktu menikah dengan jodoh yang sudah ditetapkan oleh tuhan dan hidup berbahagia di luar negeri. Namun bila tidak memungkinkan untuk tinggal di luar negeri, maka saya akan membuat rumah sakit di Indonesia dan membuka klinik gratis bagi orang yang tidak mampu dan menjadi menteri kesehatan Indonesia. Setelah itu saya menjadi dokter pertama yang menemukan obat untuk mengobati penyakit yang belum ada penyembuhnya sebelumnya. Tujuan utama di masa depan saya adalah bisa membahagiakan orang tua saya. Amin!









2 comments:

{ Ipa 1 Labsky } at: April 14, 2011 at 7:14 AM said...

akla! foto aklakecil beda banget sama akla yg sekarang! -hana

{ Moh. Shobirienur Rasyid } at: April 25, 2011 at 12:07 AM said...

Kita buat sejarah, agar sejarah mencatat ada kita

Post a Comment

 

Design modified by mugimunteng | Basic Design by Dzignine in Collaboration with Trucks, SUV, Kidney Stones