Pada tugas sejarah kedua ini, saya diminta untuk mewawancarai seorang tokoh yang memiliki peran penting dalam sejarah nasional maupun internasional. Saat diberikan tugas itu, saya bingung sekali siapakah tokoh yang akan saya wawancarai, karena saya sama sekali tidak tahu apakah ada orang dari keluarga saya yang menjadi tokoh sejarah pada peristiwa-peristiwa sejarah nasioal maupun internasional, akhirnya tugas ini pun terbengkalai cukup lama. Pada akhirnya saya pun mewawancarai orang tua saya yaitu ayah saya yang merupakan saksi dari peristiwa yang sangat menghebohkan ,yaitu peristiwa semanggi dan tragedi trisakti pada tahun 1998 yang berawal dari krisis moneter yang menimpa Indonesia.
Ayah saya bernama Muhammad Adhi Resza. Beliau lahir pada saat kakek saya sedang dinas di Irian Jaya, tanggal 12 Maret 1968.Terlahir dari pasangan Walujo dan Titiek. Ayah saya merupakan anak tertua dari 4 bersaudara, Beliau dari kecil hidup berpindah-pindah karena Pekerjaan orang tuanya yang menuntun untuk dinas dikota-kota kecil. Ayah saya menjalani pendidikan SD di SD Pucangjajar kemudian melanjutkan pendidikannya di SMPN 12 Surabaya . Setamat SMP, beliau melanjutkan ke SMA 5 Surabaya. Ayah saya berhasil diterima di Universitas ITS Surabaya Fakultas Tehnik. Setelah lulus kuliah, ayah saya menikah dengan temannya sejak SMP yaitu Rimawardhani yang saat itu masih menjalani Kuliah Kedokteran di Universitas Airlangga Surabaya yang tidak lain adalah ibu saya sendiri. Kemudian setelah berkeluarga kami semua pindah ke Jakarta karena ibu saya yang mendapat undangan untuk melanjutkan studi S2 kedokterannya di Universitas Indonesia. Disusul ayah saya yang juga melanjutkan studi S2 Bisnis Management di Universitas Prasetya Mulya. Saat ini ayah saya bekerja sebagai pegawai swasta disalah satu perusahaan asing.
Kata ayah saya saat itu terjadi penjarahan secara besar-besaran di mana-mana. Pada kerusuhan ini banyak toko-toko dan perusahaan-perusahaan dihancurkan, dirusak dan dibakar oleh amuk massa — terutama milik warga Indonesia keturunan Tionghoa. Karena ketika itu Tionghoa dianggap sebagai komunis. Terdapat ratusan wanita keturunan Tionghoa yang diperkosa dan mengalami pelecehan seksual dalam kerusuhan tersebut. Sebagian bahkan diperkosa beramai-ramai, dianiaya secara sadis, kemudian dibunuh. Dalam kerusuhan tersebut, banyak warga Indonesia keturunan Tionghoa yang meninggalkan Indonesia. Amuk massa ini membuat para pemilik toko di kedua kota tersebut ketakutan dan menulisi muka toko mereka dengan tulisan "Milik pribumi" atau "Pro-reformasi" Sebagian mahasiswa mencoba menenangkan masyarakat namun tidak dapat mengendalikan banyaknya massa yang marah. Kerusuhan ini merupakan amarah dari masyarakat yang dipendam. Masyarakat sudah tidak sanggup terus berada di bawah baying-bayang pemerintahan orde baru yang otoriter. Setiap mengeluarkan pendapat yang berseberangan dengan pemerintah, selalu dikaitkan dengan kegiatan makar. Hal ini menyebabkan masyarakat merasa takut dan tidak berani untuk mengeluarkan pendapat.
Setelah kerusuhan, menurut ayah saya peristiwa ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah bangsa Indonesia pada abad ke 20, yang tinggal hanyalah duka, penderitaan, dan penyesalan. Bangsa ini telah menjadi bodoh dengan seketika karena kerugian material sudah tak terhitung lagi padahal bangsa ini sedang mengalami kesulitan ekonomi. Belum lagi kerugian jiwa di mana korban yang meninggal saat kerusuhan mencapai ribuan jiwa. Mereka meninggal karena terjebak dalam kebakaran di gedung-gedung dan juga rumah yang dibakar oleh massa. Ada pula yang psikologisnya menjadi terganggu karena peristiwa pembakaran, penganiayaan, pemerkosaan terhadap etnis Cina maupun yang terpaksa kehilangan anggota keluarganya saat kerusuhan terjadi. Sangat mahal biaya yang ditanggung oleh bangsa ini. Akhirnya dibentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk menyelidiki masalah ini karena saat itu Indonesia benar-benar menjadi sasaran kemarahan dunia karena peristiwa memalukan dengan adanya kejadian pemerkosaan dan tindakan rasialisme yang mengikuti peristiwa gugurnya pahlawan revormasi. Demonstrasi terjadi di kota-kota besar dunia mengecam kebrutalan para perusuh. Akhirnya untuk meredam kemarahan dunia luar negri TGPF mengeluarkan pernyataan resmi yang menyatakan bahwa adalah benar terjadi peristiwa pemerkosaan terhadap wanita etnis minoritas yang mencapai hampir seratus orang dan juga penganiayaan maupun pembunuhan oleh sekelompok orang yang diduga telah dilatih dan digerakkan secara serentak oleh suatu kelompok terselubung. Sampai saat ini tidak ada tindak lanjut untuk membuktikan kelompok mana yang menggerakkan kerusuhan itu walau diindikasikan keterlibatan personel dengan postur mirip militer dalam peristiwa itu. Akhirnya kerusuhan mulai reda ketika presiden Republik Indonesia pada saat itu,Soeharto memutuskan untuk mundur dari jabatannya sebagai presiden.
0 comments:
Post a Comment