otakatikawas!

otakatikawas!

Tugas - 3: Saya dan Artefak Museum Keramik

|
KERAMIK PADA ZAMAN EDO JEPANG


Museum Keramik Jakarta




Keramik Zaman Edo di Jepang


KEADAAN PADA ZAMAN EDO

Zaman Edo (江戸時代 edo jidai) (1603 - 1867) adalah salah satu pembagian periode dalam sejarah Jepang yang dimulai sejak shogun pertama Tokugawa Ieyasu mendirikan Keshogunan Tokugawa di Edo yang berakhir dengan pemulihan kekuasaan kaisar (大政奉還 taisei hōkan) dari tangan shogun terakhir Tokugawa Yoshinobu sekaligus mengakhiri kekuasan Keshogunan Tokugawa yang berlangsung selama 264 tahun. Zaman Edo juga disebut sebagai awal zaman modern di Jepang.

           
Setelah mengalahkan Toyotomi Hideyoshi dalam pertempuran Sekigahara pada tahun 1600 M, Tokugawa Ieyasu diangkat menjadi Seiitai Shōgun pada tahun 1603 M dan mendirikan Bakufu di Edo (sekarang Tōkyō). Sehingga zaman ini disebut zaman Edo atau zaman Tokugawa.

Tidak lama setelah pertempuran Sekigahara, para Daimyō diambil sumpahnya secara tertulis kemudian mereka dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu:


Tokugawa Ieyasu

Shinpan Daimyō= Merupakan Daimyō yang paling dekat dengan keluarga Tokugawa dan dapat berhubungan langsung dengan keluarga Tokugawa. Daimyō kelas ini memegang posisi penasehat dalam pemerintahan dan diberikan wilayah yang dekat dengan Edo.
Fudai Daimyō= Merupakan Daimyō yang terdiri dari pengikut setia Ieyasu sebelum Ieyasu berkuasa yaitu sebelum perang Sekigahara. Daimyō kelas ini memegang jabatan di hampir semua kantor pemerintahan dan ditempatkan di Jepang bagian tengah dan timur yang tidak begitu jauh dari Edo. Mereka merupakan pengawal keamanan dari Kyoto dan Edo.
Tozama Daimyō= Merupakan Daimyō yang terdiri dari pengikut setia Ieyasu setelah perang Sekigahara. Daimyō ini memiliki kekuasaan yang kecil karena ditempatkan di Jepang bagian barat, utara dan selatan yang jauh dari Edo.
Wilayah yang diberikan pada bakufu tersebut dinamakan Han. Untuk mengatur Han, Bakufu membuat sistem yang disebut sistem Bakuhan (Bakuhan Taisei). Dalam sistem Bakuhan, Bakufu memegang kekuasaan seluruh negeri, sedangkan Daimyō memegang kekuasaan atas wilayah yang diberikan kepadanya (Han).
Susunan masyarakat pada zaman Edo disebut Shinōkōshō. Kata Shinōkōshō berasal dari:
Shi = bush i= samurai/militer
Nō = nōmin = petani
Kō = kōsakunin = pekerja
Shō = shōnin = pedagang
Selain itu masih ada golongan masyarakat yang tidak digolongkan ke dalam Shinōkōshō, yaitu orang-orang buangan yang disebut Eta atau Hinin.
Pembagian tatanan sosial ini didasarkan pada ajaran Konfusianisme yang mengajarkan pemaham terhadap hakikat takdir yaitu bahwa manusia harus menerima takdirnya sejak lahir dan tidak dapat menggugat takdir. Pemikiran ini membuat rakyat terpaksa menerima keadaan serta status yang dimilikinya dan tidak dapat memperbaiki statusnya ke tingkat yang lebih tinggi. Diskriminasi kelas pun semakin jelas. Tujuan ditetapkan Shinōkōshō adalah supaya kelas penguasa tetap pada kedudukannya dan memiliki kekuatan untuk menekan kelas yang berada di bawahnya.
Pada zaman Genrōku (zaman kecil yang ada selama zaman Edo. Berlangsung tahun 1646 M sampai 1709 M) perekonomian menjadi kacau karena krisis ekonomi. Tokugawa Yoshimune (Shōgun  generasi ke-8) melakukan beberapa pembaharuan untuk membangun kembali perekonomian Bakufu. Ada tiga reformasi yang dilakukan.
Reformasi pertama= Merancanakan pajak yang berlipat ganda  dan cara membuka lahan baru serta memerintahkan kaum Bushi untuk menghentikan hidup bermewah-mewah dan berhemat. Reformasi ini berhasil, tetapi tidak berlangsung lama.
Reformasi kedua = Memerintahkan kaum Bushi untuk berhemat, menganjurkan Bushi untuk belajar beladiri dan ilmu pengetahuan serta mengeluarkan perintah bahwa Bushi tidak perlu membayar hutan kepada kaum pedagang. Reformasi ini gagal tapi mampu menolong kaum Bushi.
Reformasi ketiga = Memerintahkan kaum Bushi untuk berhemat dan melarang perkumpulan pedagang besar yang melakukan pemborongan. Reformasi ini gagal.
Karena krisis ekonomi, para Daimyō jatuh miskin dan mereka menyalahkan Bakufu. Yang paling buruk nasibnya adalah petani, karena harus membayar pajak yang tinggi. Perasaan tidak senang dan tidak puas terhadap Bakufu itu memupuk gerakan nasionalisme dan menjadi kekuatan besar yang menentang kekuasaan Shōgun. Gerakan itu membuat rakyat memuja kembali Shintōisme dan menyanjung pemerintahan Tennō di masa dahulu yang gemilang. Rakyat menghendaki supaya Tennō memegang kekuasaan kembali. Mereka menganggap kekuasaan Shōgun  tidak sah. Bangsa Jepang pun ingin menghidupkan kembali  sifat-sifat Jepang lama. Keadaan para Samurai yang semakin mundur dan petani yang semakin susah membuat anasir-anasir menjatuhkan Shōgun  semakin kuat.
Ketika keadaan dalam negeri bergejolak, negara-negara barat mendesak Jepang supaya membuka negerinya. Inggris mengadakan revolusi industri dan mengadakan ekspansi ke seluruh dunia dan Amerika pun bermaksud memperluas jangkauannya ke Asia. Pada tahun 1854 M Amerika memaksa Jepang untuk menandatangani persetujuan dagang (persetujuan Kanagawa) yang membuat Jepang harus membuka negeri dari bangsa asing.
Pembukaan negeri (Kaikoku) tersebut  membuat rakyat dan Bushi menjadi susah serta perekonomian menjadi kacau. Dua golongan Bushi tingkat bawah yang disebut Satsuma dan Chōshū bersatu dan memulai gerakan Sonnōjōi melawan orang asing tetapi kalah. Mereka mengakui kekuatan orang asing dan berfikir untuk menjatuhkan Bakufu dan menyelenggarakan pemerintahan baru yang berpusat pada kaisar. Saat itu muncul gerakan-gerakan anti Bakufu yang disebut Bakumatsu.
Pemerintahan Tokugawa resmi berakhir ketika Tokugawa Yoshinobu menyerahkan pemerintahan ke tangan Tennō (Taisei Hōkan) pada tanggal 9 November 1867 untuk menghadapi krisis. Tanggal 19 November 1867 Tokugawa mundur dari jabatannya.
Rakyat Jepang pada Zaman Edo

KEBUDAYAAN PADA ZAMAN EDO
Karena politik isolasi negeri, Jepang terisolasi dari peradaban barat namun kebudayaan asli Jepang mengalami perkembangan. Dari segi industri, dibangun perusahaan air minum. Industri kerajinan tangan seperti sutera dan kertas juga berkembang. Lalu lintas dan jalan raya dibangun.
Dari segi pendidikan, muncul sekolah yang diselenggarakan di kuil-kuil Buddha yang disebut Terakoya. Ilmu pengetahuan yang berasal dari ajaran Konfusianisme berkembang pesat. Selain itu muncul juga ajaran Kokugaku yaitu ilmu pengetahuan yang meneliti ilmu klasik Jepang dan mencari pemikiran-pemikiran asli Jepang. Kokugaku kemudian memupuk pemikiran untuk menghidupkan kembali pemerintahan langsung oleh Tennō (Sonnō Shisō) dan pemikiran yang berusaha mengusir kekuatan dan pengaruh asing (Jōi Shisō). Inilah yang kemudian melahirkan gerakan Sonnōjōi (Sonnōjōi Shisō) yang muncul pada akhir Bakufu (Bakumatsu). Dengan dimukanya kembali Jepang dari bangsa barat, muncul pula pengetahuan-pengetahuan baru dari barat dan berkembang sebagai Rangaku seperti ilmu kedokteran, ilmu bumi, elektronika dll.
Di bidang kesusastraan, pada zaman Genroku pada masa pemerintahan Tokugawa Tsunayoshi (Shōgun  generasi ke-5) lahir kebudayaan baru masyarakat kota yang disebut Genroku Bunka. Ihara Saikaku mengangkat kehidupan masyarakat kota pada zaman Genroku dalam novel Kōshoku Ichidai Otoko dan Sekenmunazanyō. Matsuo Bashō menciptakan Haiku yaitu puisi 3 baris yang berpola 7-5-7 suku kata. Haiku adalah bagian awal dari Renga yang berdiri sendiri dan pada saat itu disebut Haikai. Oku no Hosomichi adalah catatan perjalanan Bashō yang kemudian menjadi suatu Kikōbun (catatan perjalanan).
Dalam bidang seni pertunjukan, berkembang Kabuki. Kabuki pada mulanya berupa tari-tarian yang dilakukan oleh Okuni yang berasal dari Izumo di kuil Shintō. Saat itu Kabuki dianggap bernilai seni rendah karena kostum dan gerakannya tidak begitu bagus, sehingga Kabuki dilarang oleh Bakufu. Setelah itu Kabuki hanya ditampilkan oleh laki-laki dan lambat laun isi cerita dan seninya menjadi lebih baik. Selain kabuki berkembang pula Ningyō Jōruri yaitu drama boneka yang dimainkan dengan tangan. Kabuki dan Ningyō Jōruri menampilkan lakon-lakon insiden yang terjadi di masyarakat. Ningyō Jōruri merupakan warisan hasil budaya tanpa bentuk yang disebut Bunraku yang dikenal sampai sekarang. Penulis naskah Kabuki dan Ningyō Jōruri pada zaman Genrōku yang juga dikenal sebagai penulis drama terbesar di Jepang adalah Chikamatsu Monzaemon. Karyanya yang terkenal antara lain Sonezaki Shinjū dan Chūshin Tennō Amishima.
Dalam bidang seni lukis yang paling berkembang adalah Ukiyo-e yaitu lukisan yang menggambarkan dunia Kabuki, dunia Sumō, dan dunia wanita penghibur. Ada juga Nishiki-e yaitu gambar yang dibuat dengan dicetak pada papan menggunakan warna-warna yang indah. Seni lain yang berkembang adalah Yūzen (kain celup) dan keramik Jepang. Seni keramik Jepang yang disebut Mashikoyaki.

Kendi Biru Putih Zaman Edo motif Tanaman dan Lundang - Lundang


CIRI – CIRI KERAMIK JEPANG:

1. Arita dan Karatsu

Tembikar Arita dipercaya sudah ada sejak abad 16 [priode Momoyama], ketika seorang pembuat keramik Ri Sampei, seorang keturunan Korea, menemukan tanah liat di Arita, Kyushu dan memproduksi porselen. Inilah awal dari pembuatan porselen di Jepang. Bahkan sampai priode Meiji [1868-1911] wilayah Arita merupakan pusat porselen di Jepang dengan gaya Sometsuke yaitu dekorasi kebiruan dengan lapisan grasir bawah dan gaya. Disamping itu juga dikembangkan porselen bergaya Aka-e yang menggunakan glasir enamel dari polychrome.

Tembikar Karatsu, juga berasal dari sekolompok orang keturunan Korea, kebanyakan produksinya untuk keperluan sehari-hari dan untuk keperluan upacara minum the (tea ceremony). Daerah ini memperoduksi beberapa jenis tembikar dengan corak hias berupa dari glasir besi, dekorasi kuas-bulir, berbintik dan lain lain.

2. Hagi

Keramik Hagi, kebanyakan produksi keramiknya berupa mangkok untuk tea ceremony. Keramiknya minim dengan ekspresi pribadi dan pengglasirannya sedikit buram.

3. Bizen

Keramik tampil di depan sebagai keramik utama dalam tea ceremony. Saat ini popularitas keramik ini mulai bangkit kembali setelah sempat tidak diminati beberapa kurun waktu lampau. Keramik Bizen tanah litany kaya dengan besi, dibuat tanpa glasir untuk menampilkan keindahan tanah liatnya, apalagi tekstur “benang api” dan “biji wijen” yang muncul secara alamiah akibat pembakaran.

4. Kyoto dan Tamba

Kyoto yang terkenal sebagai pusat budaya dan politik dan lebih maju secara cultural juga menjadi pusat kesenian dan kerajinan. Sehingga tidak mengherankan sebagai puast seni diikuti juga perkembangan keramiknya. Tidak hanya tembikar tradisonal akan tetapi tembikar avant-garde pun berkembang di sana.

Di daerah Tamba umumnya digunakan untuk peralatan rumah tanggal dan disukai oleh para penggiat tea ceremony.

5. Kutani dan Kanazawa

Kutani terletak di pref. Ishikawa dengan ibukatanya Kanazawajuga merupakan lokasi produksi porselen. Keramik Kutani dan Kanazawa yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya memiliki ciri khas dengan penggunaan warna dan bentuk berani.


6. Seto dan Mino

Daerah ini berkembang subur sebagai merupakan lokasi utama tungku pembakaran sejak jaman kuno hingga sekarang. Tehnik pembuatan keramiknya dari Arita, Kyushu, seiring perkembangan jaman kini pengrajin tembikar mulai menggunakan material dan tehnik dari Eropa.

7. Tokyo dan Mashiko

Walaupun telah menjadi pusat budaya dan politik sejak abad 17, Tokyo bukanlah tempat terdapatnya tanah liat dan bukan pulak (hehe..keluar logat aslinye..) pusat tradisi pembuatan tembikar. Tokyo hanyalah kota pendukung bagi mereka yang hendak membuat tembikar karya seni. Ini didukung oleh banyaknya institusi seni, semacam universitas seni dan lain-lain.

Mashiko, terletak di uatara Kanto, termasuk pref. Tokyo merupakan pusat produksi tembikar rakyat Jepang untuk keperluan sehar-hari sejak jaman dulu. Daerah ini menjadi pusat tembikar rakyat berkat kepiawaian pengrajin tembikar Shoji Hamada yang memproduksi dan mengajarkan cara pembuatan peralatan dari tanah liat di akhir era Taisho.

 Keramik pada Zaman Edo



SUKA DUKA PENULIS DALAM MENGUNJUNGI MUSEUM

Museum Keramik tampak depan


Museum Keramik tampak samping


Penulis melakukan perjalanan menuju museum keramik Jakarta yang terletak di sebelah kanan kota tua. Penulis melakukan perjalanan bersama teman – teman. Penulis dan teman – teman melakukan perjalanan dengan menaiki bus way. Awalnya penulis dan teman – teman ingin mengunjungi kota tua, akan tetapi penulis dan teman – teman mengunjungi museum Bank Indonesia terlebih dahulu. Disana kami masuk dengan gratis, lalu kami diberikan 3 lembar kertas yang berisi pertanyaan – pertanyaan seputar sejarah Bank Indonesia. Setiap kertas memiliki pertanyaan – pertanyaan yang berbeda – beda. Dan setiap pertanyaan terdapat ‘clue’ atau petunjuk untuk menemukan jawaban – jawaban nya. Akan tetapi disana, kami tidak menemukan artefak untuk memenuhi tugas ini, sehingga kami hanya melihat – lihat, foto – foto, dan menjawab pertanyaan – pertanyaan tersebut. Jujur sangat mengasyikkan. 
Setelah dari museum Bank Indonesia kami menuju kota tua, sampai disana sudah sekitar jam 11 sehingga matahari sudah lumayan terik. Dengan segera kami memasuki museum keramik yang berada di sebelah kanan museum fatahillah. Kami tidak mengunjungi museum fatahillah karena beberapa dari kami sudah pernah mengunjungi nya sehingga kami berfikir untuk mengunjungi museum yang belum pernah kami kunjungi. Akhirnya kami segera memilih untuk mengunjungi museum keramik. Saat memasuki nya, kami disuruh membayar tiket masuk yang harganya 2000 rupiah. Tidak seperti di museum Bank Indonesia yang gratis, di museum keramik kami diharuskan membayar harga tiket masuk. Saat penulis menanyakan, kenapa disini harus membayar tiket masuk sedangkan di museum Bank Indonesia gratis. Ibu – ibu yang menjaga disana mengatakan, “Yaa kan disana mah yang punya duit, disini kan enggak, ini untuk biaya perawatan dan ini dari pemerintah Jakarta sendiri”. Penulis sebenarnya tidak begitu mengerti apa yang dikatakan ibu itu, akan tetapi penulis hanya mengiyakan saja. Lalu setelah membayar tiket, kami pun masuk ke dalam museum, tidak seperti museum Bank Indonesia yang memakai AC, disini tidak terdapat AC maupun kipas angina, sehingga kami harus rela kepanasan di dalam ruangan. Kami menaiki tangga lingkar dan memasuki lantai kedua, disana banyak terdapat jenis – jenis keramik dari berbagai Negara di Asia, dan dari beberapa zaman. Akhirnya penulis  pun melihat keramik yang dari Jepang dan dari Zaman Edo, penulis tertarik karena bentuk dan motif nya yang bagus dan tidak biasa. Dan penulis pun foto – foto dengan keramik tersebut. Setelah semuanya selesai mendapatkan artefak di museum keramik, kami pun keluar dan pulang menaiki bus way.









1 comments:

{ Unknown } at: June 30, 2017 at 10:21 PM said...

WhatsApp 085 244 015 689
Terimakasih banyak AKI karna melalui jalan togel ini saya sekarang sudah bisa melunasi semua hutang2 orang tua saya bahkan saya juga sudah punya warung makan sendiri hi itu semua berkat bantuan AKI JAYA yang telah membarikan angka 4D nya menang 275 jt kepada saya dan ALHAMDULILLAH berhasil,kini saya sangat bangga pada diri saya sendiri karna melalui jalan togel ini saya sudah bisa membahagiakan orang tua saya..jika anda ingin sukses seperti saya hubungi no hp O85-244-015-689 AKI JAYA,angka ritual AKI JAYA meman selalu tepat dan terbukti..silahkan anda buktikan sendiri. 2D 3D 4D 5D 6D

Post a Comment

 

Design modified by mugimunteng | Basic Design by Dzignine in Collaboration with Trucks, SUV, Kidney Stones