Gedung Museum Keramik
SEKILAS SEJARAH DINASTI MING (1369- - 1644)
Setelah berhasil mengusir Bangsa Mongol, Zhu Yuanzhang menobatkan dirinya sebagai kaisar dengan gelar Ming Daizhu (1368 – 1398). Tahun pemerintahannya disebut dengan Hongwu, sehingga Beliau juga dikenal dengan sebutan Kaisar Hongwu. Dinasti barunya tersebut diberi nama Ming.
Pelayaran samudera merupakan salah satu hal yang patut dibanggakan pada masa Dinasti Ming. Kaisar Yongle (1403 – 1424) telah memerintahkan Admiral Zheng He untuk mengadakan pelayaran ke selatan menuju negeri-negeri yang jauh. Ia berhasil berlayar sejauh Afrika (Mogadishu dan Malindi), jauh sebelum Bangsa Barat berhasil mencapai tempat tersebut serta mencapai Kalkuta dan Kolombo beberapa ratus tahun sebelum Vasco Da Gama. Zheng He berangkat pada tahun 1405, membawa 63 kapal yang memuat 27.870 orang (jauh lebih banyak dibandingkan dengan pelayaran Kolombus). Hal terpuji yang patut kita teladani di sini adalah: meskipun membawa kekuatan besar tetapi Zheng He tidaklah berusaha menaklukkan atau menjajah negeri-negeri yang dikunjunginya. Hal ini beda dengan bangsa Barat, dimana penjelajahan selalu diakhiri dengan penjajahan. Pelayaran samudera ini beberapa ratus tahun lebih tua dibandingkan dengan Kolombus, sehingga dapat dikatakan bahwa pelopor penjelajahan samudera yang sebenarnya adalah Zheng He.
Yongle digantikan oleh putera tertuanya Hongxi (1425), yang hanya memerintah setahun, namun ia memiliki rasa ketertarikan pada astronomi. Ia telah berhasil mengenali bintik matahari, jauh sebelum bangsa Barat mengenalnya. Kaisar Dinasti Ming yang terkenal berikutnya adalah Wanli (1573 – 1620). Pada masa kekuasaannya transformasi Tiongkok menuju negara modernpun diawali. Hasil pertanian dari Amerika, seperti misalnya jagung, kentang manis, dan kacang meningkatkan produksi pangan dan jumlah penduduk meningkat hingga menjadi lebih dari 100 juta jiwa atau bertambah dua kali lipat dibandingkan awal Dinasti Ming. Dinasti Ming terkenal pula dengan keramiknya yang diekspor ke seantero penjuru dunia. Pada beberapa bagian belahan bumi ini, kita dapat menjumpai sisa-sisa keramik dari jaman dinasti ini. Sementara itu menjelang akhir Dinasti Ming, Bangsa Manchu di utara menjadi bertambah kuat. Pemimpin mereka Nurhachi beserta puteranya Aberhai pada awal abad ketujuh belas berhasil merebut Liaoning dari tangan Dinasti Ming. Setelah merasa kuat mereka mendirikan dinasti sendiri yang diberi nama Qing (1626).
Kaisar Dinasti Ming terakhir adalah Chongzhen (1628 – 1644), pada jamannya terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Li Zicheng. Ia berhasil merebut Beijing, ibukota Dinasti Ming pada Bulan April 1644, menyatakan dirinya sebagai kaisar dan mendirikan Dinasti Xun. Kaisar Chongzhen bunuh diri dengan cara menggantung diri dan pada saat yang sama dengan kematiannya, berakhir pulalah Dinasti Ming.
Jenderal Wu Sangui yang ditugaskan menjaga perbatasan masih setia pada Dinasti Ming, maka ia meminta tolong Bangsa Manchu yang saat itu dipimpin Shunzhi (1644 – 1661) untuk mengusir Li Zicheng. Tetapi ternyata setelah Li berhasil diusir, Bangsa Manchu tidak bersedia meninggalkan Tiongkok, sehingga dengan demikian berawalah kekuasaan Dinasti Qing di Tiongkok.
KERAMIK PADA DINASTI MING
Pada masa ini produksi barang keramik mengalami masa kejayaan, bahkan dapat dianggap sebagai produksi massal yang dibarengi dengan perdagangan ekspor meningkat dan banyak pesanan dari luar cina; tumbuh banyak kiln – kiln pribadi menyaingi jing-de-zhen yang merupakanpaan kiln paling besar sebelumnya, sehingga banyak produksi barang berkualitas rendah; antara lain jenis Swatow dibuat pada abad ke 16 hingga 17-an, barang – barang ini biasanya dicirikan dengan tempelan pasir dibagian dasar luar atau kaki wadah, glasir tebal, warna biru-putih; enamel dan seladon.
Warna lain umumnya biru-putih, dengan beberapa cirri, antara lain hiasan lambang/tulisan/cap yang diletakkan dibagian dasar dalam ataupun luar (kaki); hiasan pemandangan atau flora diletakkan didalam panel – panel, bagian tepian bermotif geometris, biasanya berbentuk piring dan mangkuk.
KERAMIK SWATOW
Keramik swatow adalah nama suatu kelompok keramik dari dinasti ming akhir yang dieksport ke pasar Asia Tengara Selatan
Salah satu penyebab diberikan nama Swatow mungkin karena perdagangan keramik ini melalui pelabuhan Swatow ,saat ini Shantou dari mana banyak imigrasi penduduk dari Guandong dan provinsi disebelahnya Fukien Tiongkok ke Asia Tengara . Keberadaan mereka terutama di Singapore,Penang, Malaka Malaysia, Medan,Padang dan Palembang Sumatra serta di Pulau Jawa
Istilah Swatow berasal dari dialek Tio Chiu ,suatu etnis Tiongkok saat ini di provinsi dulunya Canton aatu Guang Dong dan lebih dikenal dalam dialek provinsi Fukien atau Hokien
Swatow menurut tata bahasa berarti puncak gunung. Walaupun namanya berarti puncak gunung, bukan berarti Swatow ditemukan disana. Karena lokasi tempat ditemukannya kiln masih belum jelas. Tetapi mereka umumnya diperkirakan berada di sekitar pelabuhan Swatow (Shantou) di bagian utara pantai wilayah Guangdong. JENIS LUKISAN PADA KERAMIK
A. KERAMIK BIRU PUTIH
a.DEKORASI TRADITIONAL
1).lambang hewan spiritual dan pembawa rejeki
2) lambang bunga spiritual
3),Dekorasi traditional meniru keramik Ming Wanli
b. DEKORASI PENGARUH EROPAH (PEMANDANGAN ,BUKETAN, ETC)
1. Pemandangan Asia
2. Pemandangan dunia Barat
SUKA DUKA PENULIS DALAM MENGUNJUNGI MUSEUM
Penulis melakukan perjalanan ke museum keramik Jakarta yang terletak disebelah museum fatahillah. Penulis melakukan perjalanan bersama teman – temannya dengan menaiki bus way. Pada saat di perjalanan penulis dan teman – temannya merasa deg – degan, karena terakhir kalinya penulis pergi naik busway, penulis nyasar sampai pemberhentian terakhir. Tetapi Alhamdulillah, penulis sampai di kota tua dengan selamat, dan tanpa nyasar. Sampai di kota tua, penulis dan teman – temannya masuk ke museum bank Indonesia dengan gratis. Saat mereka mau masuk, penulis dan teman – temannya diberikan 3 lembar kertas yang berisi pertanyaan – pertanyaan tentang bank Indonesia. Jadi selama berada di dalam museum, penulis dan teman – temannya berusaha mencari jawaban – jawaban dari pertanyaan – pertanyaan tersebut dengan petunjuk dari setiap soal. Walaupun diberi tugas untuk mencari jawaban – jawaban tersebut, penulis yang biasanya malas ini dengan semangat mulai berlari kesana – kemari untuk mencari jawaban tersebut, yang pastinya di selingi dengan foto – foto.
Dari seluruh museum yang sudah pernah dikunjungi oleh penulis, Musium Bank Indonesia adalah museum yang paling menarik perhatian penulis dan paling modern. Karena pada umumnya museum – museum yang berada di Indonesia tidak memakai fasilitas AC. Dan tidak memiliki permainan atau suatu aktivitas yang dapat membuat orang - orang tertarik.
Di Musium Bank Indonesia, penulis dan teman – temannya belajar banyak tentang sejarah perkembangan Bank Indonesia. Disana penulis juga melihat uang – uang yang beredar pada jaman Indonesia masih dijajah oleh belanda dan jepang. Yang paling menarik perhatian penulis adalah uang koin yang bernilai 250 juta rupiah. Uang koin tersebut terbuat dari emas murni.
Sayangnya di Musium Bank Indonesia, penulis tidak menemukan artefak yang pas untuk dijadikan bahan menulis. Akhirnya penulis dan teman – teman pergi ke museum fatahillah, yang terletak tidak jauh dari situ. Saat berjalan kesana, penulis berpikir untuk menjadikan meriam si jagur sebgai bahan untuk menulis. Tapi saat sampai di depan gedung museum fatahillah, penulis dan teman – teman melihat gedung museum keramik. Karena penulis dan teman – temannya sudah bosan pergi ke museum fatahillah jika ada tugas sekolah yang menyangkut museum, akhirnya penulis dan teman – temannya setuju untuk mencari artefak untuk bahan menulis ini di museum keramik tersebut.
Gedung Museum Keramik tampak samping
Gedung Museum Keramik tampak depan
Sesampainya disana mereka langsung membeli tiket, dan masuk kedalam. Sesampainya didalam penulis dan teman – temannya langsung naik ke lantai dua, karena artefak – artefak di lantai satu tidak menarik perhatian sama sekali. Saat di lantai dua, banyak sekali keramik – keramik dalam bentuk piring, mangkuk, dsb. Disitu terkumpul keramik – keramik pada masa – masa dinasti dan pada masa jepang. Kalau dari segi pandang penulis, tidak terlalu banyak perbedaan dari keramik – keramik yang dipajang disana, walaupun keramik – keramik tersebut dibuat pada jaman yang berbeda – beda.
Setelah mendapat artefak di museum itu, penulis dan teman – temannya berencana pergi ke Ragusa dengan menaiki bus way lagi. Tapi sayangnya mereka nyasar ke GI. Akhirnya mereka memutuskan untuk makan siang disana sekaligus sholat dzuhur. Selain makan dan sholat, penulis dan teman – temannya pergi ke gramedia untuk membeli beberapa buku sekaligus alat tulis.
Di GI penulis dan beberapa temannya berpisah, karena dua orang dari teman penulis yang ikut pergi sudah dijemput disana. Karena salah satu dari teman penulis hanya bisa dijemput di PIM, penulis dan tiga orang temannya pergi ke PIM dengan busway lagi. Saat sampai di PIM seorang temannya melangsungkan perjalanannya ke rumah dengan bus way. Jadi penulis tinggal bertiga dengan kedua orang temannya. Di sana penulis dan teman – temannya hanya melakukan sholat asar, dan pergi ke gramedia lagi, lalu berpisah untuk pulang ke rumah masing – masing.
0 comments:
Post a Comment