otakatikawas!

otakatikawas!

16 years of making

|
Periodisasi Kehidupan
1994: Lahir di Jakarta 18 September
1998: Masuk TK Amalina, Pondok Aren, Tangerang
2000: Lulus dari TK Amalina, dan meneruskan ke SDIP Baitul Maal
Menetap di Amerika pada pertengahan tahun
Meneruskan SD di Highland Park Elementary School
2002: Kembali ke Indonesia pada awal tahun
Masuk kembali ke SDIP Baitul Maal
2006: Lulus dari SDIP Baitul Maal, melanjutkan ke SMP Labschool Kebayoran
2009: Lulus dari SMP Labschool Kebayoran, melanjutkan ke SMA Labschool Kebayoran
2012 : Lulus dari SMA Labschool Kebayoran, melanjutkan Sarjana S1

Balita


Pada 18 September 1994, lahirlah seorang bayi laki-laki dari hasil pernikahan Asprillanto dan Eka Kartika. Bayi itu bernama Assevittomiardimustaqim. Asal muasal nama ini sangat beragam. Nama Asse diambil dari kata “Ace” dalam permainan kartu yang berartikan satu. Dikarenakan saya anak yang paling pertama maka ayah saya memberi nama tersebut. Kata Vitto diambil dari seorang tokoh film yang bernama Don Vitto. Tokoh tersebut merupakan tokoh idola ayah saya pada waktu itu. Kata Miardi merupakan nama marga keluarga ayah saya dan kata Mustaqim berasal dari istilah agama islam yang berarti membawa orang ke jalan yang lurus. Asal muasal kenapa nama saya disambung dikarenakan kesalahan menulis pada akta kelahiran sehingga akta kelahiran saya tetap disambung namanya.


Tentunya pada waktu 1994, terjadi banyak peristiwa sejarah. Seperti kematian vokalis Nirvana, Kurt Cobain, yang menakhirinya dengan bunuh diri di bidang entertainment dan juga genosida di Rwanda di bidang kemanusiaan. Pada tahun 1994, terselanggaranya juga Piala Dunia 1994 di USA yang dimenangi oleh Brasil dan dibukanya jalur terowongan Channel yang menghubungkan pulau Britania Raya dan Prancis.








Saya bertempat tinggal di komplek Taman Mangu Indah, Pondok Aren, Tangerang. Pada masa balita saya, tidak terjadi hal istimewa dalam hidup saya. Saya mengalami pertumbuhan balita yang umum, seperti berbicara, berjalan, membaca, dan lainya. Hal yang saya ingat selama masa balita saya adalah saya tenggelam di kolam renang pada umur 3 tahun dan tersiram air panas pada umur 4 tahun yang membuat saya dioperasi di rumah sakit selama 1 bulan. Saya menempa pendidikan TK di TK Amalina selama 2 tahun, pada tahun 1998 sampai 2000. 



Pada saat saya memasuki TK, terjadi peristiwa sejarah yang menggemparkan Indonesia, yaitu Reformasi politik pada Mei 1998. Pada saat itu, rumah saya berada lumayan jauh pada saat pergolakan plitik di Jakarta. Orangtua saya khawatir pada saat itu karena takut kerusuhan masuk di daerah mereka. 



 


Masa SD

Pada masa SD saya, terjadi hal yang akan mengubah hidup saya. Pada saat saya berumur 5 tahun, ayah saya pergi ke Amerika dikarenakan untuk melanjutkan kuliah S2 nya. Tentunya saya akan sedih mengalami kejadian ini karena saya akan jarang bertemu ayah saya. Dikarenakan keluarga saya tidak mempunyai biaya ke sana, maka saya berharap ayah saya bisa menjenguk saya dan keluarga di Indonesia untuk sekedar bertemu keluarga dan melepas rasa rindu. Saya kemudian menjalani kehidupan normal tanpa ayah saya. Saya kemudian melanjutkan pendidikan formal saya dari TK ke SD.



 
Pada waktu itu, saya mau disekolahkan ke SD negeri. Namun ibu saya lebih menyarankan saya sekolah di SD Islam. Alhasil, saya kemudian sekolah di SDIP Baitul Maal. Pada awal saya belajar di SD ini, pembelajaran agama sangat kental. Saya disuruh harus menghafal minimal 10 surat Al-Quran di tahun pertama di SD.
6 bulan kemudian sejak ayah saya pergi, saya mendapat kabar gembira bahwa ayah saya mengajak saya dan keluarga untuk menetap di Amerika untuk mendampingi ayah saya. Tentu perasaan gembira dan sedih bercampur aduk. Gembira karena saya akan bertemu ayah. Sedih karena saya harus meninggalkan teman-teman di Indonesia. Saya juga takut karena saya belum terampil berbahasa inggris pada saat itu. Komunikasi menjadi kendala saat saya awal hidup di Amerika. Namun hidup harus terus jalan, mungkin ini adalah suatu pengalaman yang mungkin bisa dipakai untuk masa mendatang, dan hal itu benar.

Saya berangkat bersama ibu dan 2 adik saya pergi menuju Amerika. Saya kagum dengan ibu saya yang bisa menghandle saya dan 2 adik saya. Setelah transit di beberapa Negara, saya kemudian tiba di New York. Kemudian saya menuju Philadelphia tempat ayah saya menetap. Saya kaget ternyata ayah saya menetap di apartement. Maklum saya belum pernah merasakan hidup di apartement. Namun saya bisa menjalani hidup seperti biasa.



Hari-hari pertama saya di Amerika dilalui dengan anti sosial. Saya belum menemukan teman dikarenakan saya masih pemalu untuk mengenalkan diri kepada mereka. Itu berubah pada hari pertama saya masuk sekolah. Saya diantar bersama Ibu saya menuju Highland Park Elementary School, salah satu sekolah negeri di sana. Perasaan saya pada waktu itu bisa dibilang sangat gugup. Sekolah di sana sangat berbeda pada saat saya di Indonesia. Di Indonesia saya masuk sekolah islami, di Amerika saya masuk Elementary High School atau bisa dibilang sekolah negeri. Saya kemudian diantarkan oleh guru di sana menuju kelas saya. Saya sangat gugup waktu itu. Untunglah teman saya mencoba membimbing saya dan alhamdulilah saya bisa melalui hari-hari bersama mereka. Walaupun perbedaan suku, agama, dan ras sangat banyak, tapi mereka tetap bisa menghormati saya dan orang sekitar. Saya Islam dan mereka kebanyakan Kristen. Tetapi kita saling bisa menghormati sesama.

Seiring dengan waktu akhirnya saya bisa fasih berbahasa inggris. Saya pun bisa berinteraksi normal dengan teman-teman saya di sana. Saya kemudian melanjutkan pendidikan SD kelas 1 di sana. Kegiatan pembelajaran di sana tergolong gampang menurut saya ketimbang pembelajaran di Indonesia, terutama matematika. Waktu kelas satu, saya baru diajari tambah dan pengurangan sederhana. Saya baru mengenal perkalian dan pembagian pada kelas 2. Kegiatan sekolah didominasi oleh kegiatan ekstrakulikuler. Banyak perayaan dilaksanakan, seperti Halloween, Christmas, Easter, dan lainya. Tentunya saya hanya ikut-ikutan saja, tanpa mengamalkanya.


Hari-hari saya di Amerika pun saya lalui. Perbedaan 4 musim di sana tidak menghalangi saya beradaptasi. Saya akhirnya bisa merasakan apa yang dianamakan salju. Ternyata sangat dingin. Saya pun kadang-kadang sering bermain bola salju bersama adik saya maupun teman saya. Maklum di dekat apartement ada sebuah tempat bermain. Walaupun Islam sangat minoritas di sana, tetap saja ada sebuah mesjid besar di salah satu distrik kota. Saya dan ayah sering melakukan solat jumat di sana jika ayah dan saya libur. Di sana saya tidak menjalankan puasa. Mungkin karena saya masih kecil saya belum mengerti arti dari puasa apa. Saya pun disuruh ibu saya untuk puasa setengah hari, meskipun sangat saya laksanakan. Saya pun mengenal internet untuk pertama kali di sana.

Pada tanggal 11 September 2001, terjadi peristiwa yang mengubah seluruh pandangan masyarakat Amerika terhadap Islam. Terjadi penyerangan Gedung Kembar WTC oleh para teroris. Walaupun belum pasti siapa yang menyerang, namun presiden Amerika pada saat itu, George W. Bush, menuduh bahwa dalang dibalik persitiwa tersebut dilakukan oleh orang islam. Banyak kemudian masyarakat di sana menjadi tidak toleransi terhadap masyarakat Islam.



Ayah saya sempat khawatir karena status keluarga saya yang beragama Islam. Namun pada akhirnya, alhamdulilah saya bisa menjalankan aktivitas dengan normal. Teman-teman dan tetangga sekitar masih percaya bahwa kami orang yang baik.
Pada akhir tahun 2001, ayah saya telah menjalani program kuliah nya dia. Alhamdulilah, dia mendapat gelar S2. Saya senang akan prestasi yang didapat ayah saya, namun saya sedih karena cepat lambat saya dan keluarga pasti kembali ke Indonesia. Artinya saya akan berpisah dengan teman-teman saya di sana. Setelah ayah saya magang beberapa bulan, saya pun kembali ke Indonesia pada awal 2002. Setelah saya dan keluarga berpamitan terhadap teman-teman dan tetangga sekitar, kami pun berangkat menuju Jakarta, Indonesia. Sedih memang, namun hidup harus berjalan. Yang saya sesali juga adalah saya kehilangan kontak dengan teman saya di sana.
 

Saya kemudian menetap di rumah saya yang dulu. Kehidupan kembali seperti normal. Pada saat saya kembali, saya sempat susah berbicara berbahasa Indonesia dikarenakan terlalu sering memakai bahasa Inggris. Ironis sekali mengingat saya di Amerika pada hari-hari pertama. Kemudian saya melanjutkan sekolah di SDIP Baitul Maal yang sempat saya tinggalkan pada saat saya menetap di Amerika.

Di SD ini, saya pun kembali diajari ajaran islam yang taat. Saya susah menyesuaikan dikarenakan baru kembali dari Amerika. Di sana, pengaruh Islam sangat sedikit sehingga saya hanya bisa mengamalkan sholat saja. Tentu saya harus mengejar ketertinggalan saya dan alhamdulilah, saya bisa menghafal surat juz 30 yang merupakan syarat kelulusan untuk bisa lulus dari SDIP Baitul Maal. Saya pun bisa khatam Al-Quran di SD ini.

Walaupun SD Islam, namun aturan di sini tidak seketat di pesantren. Setiap istirahat saya sering bermain bola dengan teman-teman. Teringat saya mencetak gol kemenangan bagi kelas saya dalam class meeting. Walau hanya class meeting, namun entah kenapa saya sangat bangga mencetak gol itu. Terlalu bereuforia mungkin.
Sayangnya, seminggu setelah itu, Indonesia berduka. Pada waktu itu, gempa sekitar 8,9 skala richter. Gempa yang dahsyat itu memicu juga tsunami yang menyebabkan korban jiwa yang sangat banyak. Lebih dari 200 ribu orang tewas. Di tahun yang sama juga, Indonesia menyelenggarakan Pemilu yang kemudian dimenangkan oleh SBY, menggantikan kedudukan Megawati yang sebelumnya menjadi presiden.

Memasuki kelas 6, saya santai walaupun teman-teman saya banyak yang membahas SMP mereka yang ingin dituju. Entah kenapa saya santai. Mungkin karena saya tidak peduli atau terima apa saja di mana SMP yang menerima saya. Awalnya karena ajakan teman pingin di MP, saya jadi tertarik. Kemudian orang tua saya menyarankan di SMP Labschool Kebayoran, saya pun berdebat. Saya lebih memilih MP dikarenakan banyak teman saya yang kepingin di sana. Di Labschool, Cuma saya sendiri jika saya keterima. Setelah perdebatan panjang, akhirnya orang tua saya menyuruh untuk ke Labschool. Saya pun pasrah dan mengikuti tes ujian masuk SMP Labschool Kebayoran. Dan alhamdulilah lulus. 









Masa SMP

Pada tahun 2006, saya lulus SD. Pada tahun 2006 juga terjadi dengan kenaikan BBM. Banyak rakyat yang protes akan kebijakan ini dikarenakan akan menaikan harga barang. Saya pun terkena dampaknya juga. Keluarga saya yang biasa mengisi BBM non-subsidi, yaitu Pertamax, beralih menjadi Premium dikarenakan pertamax melonjak tinggi harganya.



Kemudian saya melanjutkan pendidikan saya ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu SMP. Saya pun masuk SMP Labschool Kebayoran berdasarkan kehendak orangtua. Pertama saya agak gugup karena tidak ada teman SD masuk di sini, sehingga saya harus mencari teman baru lagi. Alhamdulilah saya mempunyai banyak teman di SMP. Pengalaman di SMP bisa dibilang tak terlupakan. Mulai dari guru yang mengajarkan metode belajar yang aneh, peraturan sekolah yang membuat saya tertawa, teman-teman yang bandel, dan sebuah ritual harian pada hari jumat, yaitu Lari Pagi. Di SMP ini, Banyak kejadian yang tak terlupakan bersama teman-teman saya. Saya juga menemukan kedewasaan diri dalam diri saya, seperti cara berbicara, tanggung jawab, dan perilaku. Saya juga mencicipi persaingan ketat akan pendidikan di Indonesia kita ini. Pengalaman tersebut terjadi saat saya mengerjakan UN SMP. 



Banyak siswa mengerjakan UN dengan sungguh-sungguh, entah itu dengan cara baik atau kotor. Sangat disayangkan banyak juga siswa yang mengambil cara kotor tersebut. Namun inilah pendidikan di negeri kita. Hasil lebih penting daripada proses. Di kelas 9, saya pun memikirkan SMA mana yang saya tuju jika saya lulus ? Berbeda saat saya SD, yang santai memikirkan kemana SMP selanjutnya, di SMP, saya sangat panik. Panik tersebut muncul karena saya tidak lulus ujian jalur khusus yang diikuti hanya oleh SMP Labschool Kebayoran untuk bisa menuju SMA Labschool Kebayoran. Ibu saya pun kecewa terhadap saya. Saya pun segera melupakan hal tersebut dan focus ke kesemapatan kedua, yaitu ujian regular. Sama halnya dengan jalur khusus, namun saringanya seluruh SMP. Dan alhamdulilah dengan doa dan kerja keras saya pun keterima di SMA yang saya idam-idamkan.



 

Masa SMA

Saya lulus SMP pada tahun 2009. Di tahun sama, terselanggara juga pesta demokrasi setiap lima tahun sekali, yaitu Pemilu. Di luar dugaan, partai Golkar yang biasanya mendominasi di kalahkan oleh partai Demokrat. Pemilu presiden pun kemudian dimenangkan lagi oleh SBY.



Di tahun yang sama juga, terjadi pemilu di Amerika Serikat. Pemilu tersebut pun kemudian dimenangkan oleh Barack Obama menggantikan George W. Bush. Banyak yang mengharapkan perbaikan dari pemerintahan Obama, namun bagi saya tidak ada kemajuan. Masih banyak intimidasi di Negara Muslim dan Krisis Moneter yang diakibatkan oleh Amerika.



Saya lulus SMP pada umur 15 tahun atau pada tahun 2009. Kemudian saya melanjutkan pendidikan ke SMA Labschool Kebayoran. Kata orang, masa paling berbahagia adalah masa pada saat SMA. Ternyata benar, SMA adalah hal yang terbaik yang pernah saya alami. Suka dan duka ada semua. Pengalaman dimulai saat saya MOS. Di sini kita difokuskan untuk melatih kekompakan angkatan. Dan terbentuklah angkatan baru, yaitu Nawa Drastha Sandyadira yang artinya angkatan 9 yang bermahkotakan persatuan yang kokoh. Saya bangga menjadi bagian dari mereka. Kemudian saya mengikuti Lapinsi, yaitu salah satu tes kepemimpinan. Dilanjutkan sehabis itu dengan bintama. Di bintama ini, angkatan kita ditempa untuk menjadi angkatan yang lebih kompak. Di akademis, alhamdulilah saya diterima di jurusan yang saya idamkan, yaitu IPA. 



Cita-cita di masa depan

Harapan saya kedepan mungkin tidak berlebihan. Pertama, saya ingin kuliah di Institut Teknik Bandung Fakultas Teknink Mesin dan Dirgantara. Pilihan saya jatuh karena saya ingin menjadi engineer yang handal dan jika tersampaikan, saya akan membuat perusahaan mesin sendiri. Tapi, mungkin cita-cita saya yang paling utama adalah membahagiakan orang tua saya. Karena mustahil jika tanpa orang tua saya, saya bisa menulis blog ini untuk bisa dibaca kepada anda. Saya sangat berutang nyawa kepada mereka. Saya berharap bisa menyenangkan orang tua saya kelak. Amin.




"Kamulah yang menentukan hidup kamu, bukan orang sekitar" - Ibu

0 comments:

Post a Comment

 

Design modified by mugimunteng | Basic Design by Dzignine in Collaboration with Trucks, SUV, Kidney Stones