otakatikawas!

otakatikawas!

16 tahun hidup saya - Kayrana Amadyatara

|
Sebuah autobiografi.
Kayrana Amadyatara XI IPA 1.



Lahir-Balita

11 Mei 1994. Akhirnya tiba juga hari yang telah dinantikan oleh kedua orang tua saya. Setelah menanti sekitar empat setengah tahun setelah menikah, akhirnya saya pun hadir di dunia. Kayrana Amadyatara, putri pertama dari pasangan Ronny Suhendi dan Mira Rachmalia. Saya lahir dengan proses persalinan normal di Rumah Sakit Pondok Indah pukul 17.50, tepat ketika Adzan Maghrib berkumandang. Mungkin ini sebagai ‘penyambut’ atas hadirnya saya setelah penantian bertahun-tahun. Hal ini tentu merupakan kebahagiaan yang luar biasa bagi kedua orangtua saya, dan juga bagi keluarga yang lain terutama Oma (Ibu dari Mama). Mungkin karena saya adalah cucu perempuan pertama yang Oma miliki, dan Mama adalah satu-satunya anak perempuan Oma (seluruh Kakak dan Adik Mama adalah laki-laki).

Menurut Mama, saya tidak rewel pada malam hari. Saya selalu tertidur pulas dari habis maghrib sampai pagi, tidak pernah terbangun tengah malam. Namun pada siang hari saya sangat aktif dan tidak pernah bisa tidur siang, dan hal ini terus berlanjut sampai sekarang. ‘Kakak juga pertumbuhannya lebih cepet dari anak-anak lain, 11 bulan udah lancar komunikasi dan jalan’, begitu kata Mama. Ketika umur 1 tahun 10 bulan, kedua orangtua saya mengajak saya pergi berlibur. Dan kata Mama ‘Kakak waktu lagi di tour bus udah berani misahin diri dari Mama, nyamperin dan ngajak ngobrol penumpang lainnya’.


Ketika usia dua tahun, saya mulai dimasukkan ke Playgroup. Ini dikarenakan kondisi Mama yang tidak terlalu sehat karena sedang hamil anak ke dua, sehingga tidak selalu bisa menemani saya. Saya masih ingat kegiatan favorit saya adalah bermain didalam kain besar yang diangkat dan dikibar-kibarkan, sehingga kita seolah sedang merasakan badai. Usia tiga tahun, saya dipindahkan ke kelompok bermain Bakti Mulya 400. Ketika saya berusia 3 tahun juga, lahirlah adik saya ke dunia. Ia diberi nama Khariza Nararya. Saya senang sekali karena adik yang sudah saya nanti-nantikan akhirnya lahir dan saya resmi menjadi seorang ‘Kakak’ (Walaupun dari sebelum punya adik saya sudah dipanggil Kakak). Tahun 1998 di usia 4 tahun, saya melanjutkan TK kembali di Bakti Mulya. Namun pada tahun tersebut, terjadi peristiwa yang berdampak besar bagi banyak orang yakni Kerusuhan 98 dan krisis moneter melanda Indonesia. Harga barang naik berlipat-lipat. 1 Dolar Amerika yang awalnya bernilai Rp. 2.500 melonjak menjadi sekitar Rp. 15.000. Keadaan juga menjadi tidak aman dan terjadi penjarahan dimana-mana. Saya ingat betul ketika minimarket dekat rumah saya hangus dibakar dan dijarah massa. Jalan raya diisi tank dan panser TNI, bahkan supermarket didalam sebuah Mall terpaksa dijaga pasukan karena takut dijarah. Sungguh keadaan yang mengerikan.

Masa SD

Seiring berjalannya waktu, semuanya menjadi lebih baik. Memasuki usia SD (6 tahun), saya kembali melanjutkan sekolah saya di Bakti Mulya. Ketika saya duduk di kelas 2 SD, terjadi peristiwa yang menggemparkan dunia. Terjadi penyerangan oleh terorisme ke gedung-gedung penting Amerika Serikat (disebut tragedi 9/11). Menara kembar tertinggi di dunia, WTC runtuh setelah ditabrak pesawat. Hari itu saya menyaksikan langsung kejadian tersebut yang disiarkan di televisi. Awalnya saya dan keluarga menganggap itu hanya kecelakaan biasa, namun ternyata peristiwa tersebut merupakan salah satu peristiwa terorisme terbesar dalam sejarah Amerika Serikat karena menelan nyawa sekitar 3000 jiwa.



Selama bersekolah di SD Bakti Mulya 400, saya sering terlibat dalam banyak kegiatan seni. Antara lain mengikuti paduan suara, menjadi anggota ansambel dan tergabung dalam drum band. Prestasi yang dihasilkan juga cukup baik, antara lain menjadi juara 3 di lomba paduan suara tingkat Jakarta. Selain kegiatan di sekolah, saya juga mengikuti berbagai kegiatan kursus. Antara lain kursus balet di Namarina yang saya jalani selama 5 tahun, kursus bahasa inggris, piano, mengaji, kursus renang, softball dan tenis. ‘Olahraga itu gak cuma bagus buat badan, tapi juga bagus buat melatih kerja kelompok supaya jadi terbiasa’, begitu kata Ayah. Memang pada akhirnya saya tidak melanjutkan ke salah satu cabang olahraga dengan serius, namun saya bersyukur saya pernah mencoba berbagai macam kegiatan dan mendapatkan dasar-dasarnya yang bisa saya manfaatkan sekarang. Selain itu, saya juga sempat bergabung dengan tim basket untuk kompetisi di sekolah namun tidak berlanjut karena sudah kelas 6.

Di kelas 6 itulah saya menemukan sosok guru yang luar biasa. Namanya Pak Budi. Ia adalah wali kelas saya di kelas 6A, ahli dalam mata pelajaran IPS. Ia adalah guru yang sangat baik dalam membimbing muridnya, senang memberi games-games menarik namun akan menjadi sangat tegas ketika kami berbuat salah. Di bawah bimbingan Pak Budi inilah akhirnya saya berhasil mendapat nilai yang cukup memuaskan di ujian-ujian akhir dan masuk SMP Labschool Kebayoran.

Masa SMP

Memasuki usia SMP, saya sangat antusias dengan masuknya saya ke SMP Labschool Kebayoran. Hal ini dikarenakan saya akhirnya merasakan suasana yang ‘berbeda’ karena telah menghabiskan masa TK dan SD saya di sekolah yang sama. Saya juga sangat bersyukur karena berhasil lulus tes masuknya yang menurut saya sangat sulit. Ketika mulai sekolah, saya cukup kaget dengan kegiatan dan suasana di Labschool yang berbeda dari sekolah umumnya. Salahsatunya adalah kegiatan lari pagi setiap jumat. Masa transisi ini cukup berat namun terasa menyenangkan karena diduking lingkungan sekolah yang mendukung. Di tengah semester 2 kelas 7 dibukalah seleksi pendaftaran untuk menjadi pengurus OSIS. Saya dari awal masuk Labschool sangat terkesima dengan kegiatan OSIS yang terlihat menyenangkan, karena itulah saya pun mencoba mendaftar. Setelah mengikuti serangkaian tes dan kegiatan ke-pra-osis-an, saya lolos seleksi dan diterima menjadi pengurus OSIS. Saya pun dilantik menjadi seksi Wawasan Global 3.




Selain diisi dengan kegiatan ke-OSIS-an, masa SMP diisi dengan banyak kegiatan lainnya. Di kelas 7 kami mengikuti kegiatan MOS, Pesantren, LDKS-KARISMA (proses seleksi OSIS) dan lari lintas juang (karena saya menjadi anggota MPK di kelas 7). Di kelas 8, kami wajib mengikuti kegiatan BIMENSI yaitu Bina Mental Siswa yang diadakan di Marinir.

Memasuki kelas 9, kegiatan belajar-mengajar menjadi prioritas. Kami dipersiapkan dengan sangat matang oleh sekolah untuk menempuh UAN, dengan mengikuti berbagai tambahan pelajaran yang disebut ‘paket’ serta tryout. Kami juga diberi motivasi secara mental dan sering melakukan kegiatan ‘afirmasi’. Alhamdulillah, perjuangan selama 3 tahun di SMP berhasil ditutup dengan hasil UAN yang cukup baik.


Tapi kabar gembira tidak selamanya datang. Di sela waktu menunggu hasil ujian, saya pergi ke dokter spesialis ortopedi untuk memeriksakan tulang belakang saya yang terasa berbeda. Setelah dilakukan pemeriksaan, diketahui bahwa saya ternyata menderita skoliosis dengan kurva 42 derajat. Tentu ini cukup mengejutkan karena menurut dokter, jika sudah mencapai 45 derajat keatas harus dioperasi untuk menghentikan pergerakan tulang. Saya yang saat itu sedang giat mengikuti kelas aikido pun akhirnya harus berhenti karena membuat kurva tulang bertambah besar.

Masa SMA

Masuk SMA tentu menjadi hal yang sangat saya nantikan, apalagi karena waktu kosong setelah ujian menuju tahun ajaran baru cukup lama . Saya kembali melanjutkan ke SMA Labschool Kebayoran. Hampir 50% lebih teman-teman SMP melanjutkan ke SMA Labsky. Karena itulah kami tidak terlalu sulit untuk beradaptasi di SMA, juga karena faktor lingkungannya yang berada di area yang sama. Namun ternyata permulaan menjadi siswa SMA tidak begitu baik. Sepulang dari pengarahan MOS, saya merasakan demam. Awalnya hanya menganggap demam biasa, namun ternyata semakin parah, tetapi saya masih masuk di hari pertama sekolah. Akhirnya sepulang sekolah saya pergi ke rumah sakit dan setelah di tes darah diketahui saya terkena penyakit Rubella. Maka malam itu juga saya akhirnya diopname selama 5 hari dan melewatkan seluruh kegiatan di minggu-minggu pertama SMA.

Setelah sembuh, saya mengetahui bahwa saya masuk di kelas calon siswa akselerasi. Awalnya saya bersemangat untuk mengikuti program akselerasi, namun setelah mencoba menyesuaikan diri ternyata saya tidak menyukai metode belajar yang digunakan, sehingga saya memutuskan untuk kembali ke kelas reguler setelah satu bulan ‘masa percobaan’. Di kelas X ini saya harus beradaptasi dengan pelajaran-pelajaran yang menurut saya berbeda dengan sewaktu SMP, terutama di mata pelajaran Kimia. Meskipun cukup melelahkan, alhamdulillah saya masih bisa mengejar nilai yang cukup baik. Selain itu, di kelas X saya juga harus mengikuti kegiatan wajib antara lain Trip Observasi dan Bintama yang sangat berkesan.

Masa kelas X berlangsung dengan sangat cepat, dan tidak terasa saya sudah berada di kelas XI. Saya masuk ke jurusan IPA. Saya agak menyesal karena pada akhir kelas X saya bingung memutuskan masuk ke jurusan IPA atau IPS, dan akhirnya memutuskan IPA namun sebenarnya jurusan kuliah yang saya inginkan adalah program IPS. Namun saya tidak menyesal saya berada di kelas XI IPA 1 karena teman-teman sekelas ini menyenangkan, meskipun di kelas 11 ini banyak sekali kegiatan non akademis yang menyita waktu belajar karena saya juga tergabung dalam OSIS sebagai seksi olahraga. Salah satunya adalah ketika saya harus mempersiapkan kegiatan tahunan sekolah yakni Sky Battle yang akhirnya selesai dilaksanakan.











Mimpi dan Masa Depan.

Tidak terasa bulan depan saya akan genap 17 tahun. Tidak terasa sebentar lagi saya akan menjadi siswa kelas 12, lalu masuk kuliah. Saya ingin lulus SMA dengan nilai baik dan melanjutkan kuliah di FEUI. Saya juga ingin membuka bisnis yang bisa mempekerjakan banyak orang, sehingga bisa membantu orang-orang yang membutuhkan pekerjaan. Selain bisnis, saya juga tertarik dengan bidang seni dan hubungan internasional. Memang, di kepala saya saat ini masih rancu apa yang ingin saya lakukan setelah kuliah nanti. Saya berharap seiring berjalannya waktu, saya dapat menentukan dan melaksanakan ‘cita-cita’ yang pas untuk saya dan bisa membahagiakan kedua orangtua. Amin.








0 comments:

Post a Comment

 

Design modified by mugimunteng | Basic Design by Dzignine in Collaboration with Trucks, SUV, Kidney Stones