BIOGRAFI ROOSSENO SANG BAPAK BETON INDONESIA
Dr. (HC) Ir. Roosseno Soerjohadikoesoemo |
Beliau lahir di sebuah kota di Jawa Timur, tepatnya di kota Madiun. Lahir 73 hari setelah kelahiran Budi Utomo, dan 105 hari sebelum berdirinya Indische Vereeneging. Tepatnya ia lahir di Madiun pada tanggal 2 Agustus 1908. Pada waktu bayi ini lahir ke bumi dalam keadaan terbungkus “kalung usus”. Roostamhadji ayahnya yang saat itu menjabat sebagai patih di Madiun, langsung teringat kepada dongeng wayang mengenai kelahiran Brotoseno (Bima). Seperti diketahui dalam kisah wayang, Bima juga dilahirkan dalam keadaan terbungkus, sehingga kesimpulannya adalah sama. Sebab itu ayah nya memberikan nama anak itu dengan nama : Roosseno. Awalan Roos- adalah penggalan dari nama ayahnya yaitu Roostamhadji, sedangkan Seno dari Brotoseno, disingkat menjadi Seno. Dari gabungan nama panggilan ayah dan seno, maka kepada anak nya dinamakan: Roosseno.
Ayahnya Roosseno, Raden Roostamhadji pernah menjadi Patih di Ngawi dan Madiun. Ia adalah putera dari Raden Sumodiwirjo, seorang Patih di Ponorogo. Sedangkan ibunya Roosseno, bernama R.A. Indran, asal Temanggung, puteri dari Holland Sumodilogo. Roosseno sendiri merupakan anak ke – 6 dari 7 bersaudara, masing – masing terdiri dari: 1. Soemiati, 2. Roossheroe (drh), 3. Rooskandar (dokter chirug), 4. Roosmiyati (guru Eropese akte), 5. Roossdjenar (petani), 6. Roosseno (Insinyur), 7. Roosdiono (Mr) pernah menjadi sekretaris pertama Wali Kota Jakarta Raya Suwirjo.
Pada waktu Roosseno berumur 8 tahun, ibu kandung nya meninggal dunia, pada tahun 1916. Maka ayah nya menikah lagi dengan Gusti B.R.A. Martinah puteri dari Soerjopoetro, salah seorang pangeran di Yogyakarta. Dalam pernikahannya yang kedua ini tidak dikaruniai seorang anak.
Masa Kecil Roosseno
Roosseno dari kecil dibesarkan di Temanggung di rumah Eyang beliau bersama kakak nya yang bernama Roosmiati. Ketika Roosseno mencapai umur 6 tahun, beliau diambil dan kembali ke Madiun. Pada saat itu ayah beliau menjabat Patih di Madiun. Beliau masuk sekolah partikelir (dasar) di “Instituut Koot” sampai kelas 4 lagere school (sekolah dasar). Ayah nya dipindahkan ke Ngawi, dan ibu nya meninggal di Ngawi. Di Ngawi, beliau masuk Europese Lagere School (E.L.S) sampai kelas 6. Ayah nya kawin dengan puteri dari Pangeran Soerjopoetro dari Jogjakarta. Roosseo masuk Europese Lagere School di “Java Straat” di Jogja. Dengan kepala Europese Lagere School yang bernama Lenters.
Tuan Lenters sangat senang dengan Roosseno, karena beliau jago dalam berhitung. Beliau selalu mendapat angka 10 di sekolah. Kemudian, beliau masuk MULO kelas 1 Jogja. Pada kenaikan ke kelas 2, beliau pindah ke Madiun, tepatnya di Desa Sidoredjo, 5 km sebelah timur dari Madiun. Sebagai pensiunan Patih, ayah nya hanya terima pension 175 gulden, padahal pengeluaran untuk pendidikan anak – anak banyak.
Roosseno pada Masa Remaja
Pada waktu ia menginjak usia remaja, ayah nya sudah pensiun. Roosheroe bersekolah di Bogor, sekolah Dokter hewan. Rooskandar bersekolah di STOVIA. Roosmiati sekolah di sekolah guru Europese Onderwijzers di Salemba, Jakarta.
Diantara pemuda di desa, Roosseno adalah yang paling pandai. Beliau tidak hanya pandai melainkan juga terampil. Dulu beliau main “gangsingan” nomor satu. Main “kenekeran” (gundu) nomor satu. Mancing juga nomor 1. Dan mencuri tebu juga nomor satu.
Di kota Madiun dulu sering ada pasar malam. Pada saat itu juga Roosseno mengakali saudara – saudara nya. Ia mengajukan usul pembagian ongkos masuk pasar malam. Ia mengusulkan mereka untuk membayar karcis masuk, dan Ia membayar karcis keluar. Saudara – saudara beliau menyutujui saja rencana itu. Baru pas keluar dari pasar malam mereka tau mereka telah tertipu oleh nya. Suatu kenakalan anak – anak, rupanya Roosseno di masa kanak – kanak nya selain tergolong pandai, juga terhitung anak yang nakal. Memang biasanya anak yang pandai itu anak yang banyak akalnya, dan nakal.
Roosseno sekolahnya berpindah – pindah dari satu kota ke kota lain. Seperti misalnya sewaktu di E.L.S. mula mula di Madiun, kemudian pindah ke Ngawi lalu pindah ke Jogjakarta hingga tamat (1992). Dari E.L.S. ia melanjutkan ke MULO mulai di Jogja hanya 1 tahun, kemudian pindah ke MULO Madiun pada selama 2 tahun sampai tamat (1925). Selanjutnya ia meneruskan studi nya ke AMS/B di Jogjakarta hingga selesai (1928).
Roosseno memiliki cita – cita di masa muda nya menjadi seorang Insinyur. Beliau brillian dalam berhitung. Biasanya orang kalau pintar berhitung dipandang pintar. Pada umumnya di dunia, karena menghitung merupakan pangkal dari Intelegensia. Sewaktu ia masih duduk di A.M.S./B Jogjakarta, Roosseno mempunyai seorang guru berkebangsaan Belanda, namanya Tuan Zwaan. Dia adalah guru dalam imu alam atau natuurkunde. Dialah yang mendorong Roosseno supaya menjadi seorang insinyur.
Roosseno juga memiliki hobi yang lazim untuk orang seusianya yaitu menyanyi. Menyanyi tidak hanya lagu Pop Indonesia melainkan juga lagu – lagu Pop Belanda maupun Inggris. Salah satu contoh lagu nya yaitu ‘secret love’. Roosseno waktu kanak – kanak dan muda nya juga senang main plinteng, mincing dan layangan. Sejak belajar di AMS, ia gemar sepak bola. Makanan yang disukainya ialah cendol dan gempol.
T.H.S. Awal Perguruan Tinggi Roosseno
Pada bulan Juni 1928, Roosseno diterima sebagai mahasiswa Technisch Hogeschool di Bandung. Yang dimana 60% lebih mahasiswa nya terdiri dari orang kulit putih dan sisanya orang pribumi. Sejak bersekolah di ELS, Roosseno memang jago berhitung. Bahkan Tuan Zwaan, guru nya dalam mata pelajaran Natuurkunde (ilmu alam) di AMS, tertarik kepadanya, dan mengusulkan Roosseno untuk menjadi seorang Insinyur. Rupanya Roosseno memang terlahir untuk teknik (insinyur). Itu dibuktikan oleh ketertarikannya pada lokomotif gerbong – gerbong kereta dan rel – rel kereta sejak usia sekitar 8 tahun. Ketika itu ia bercita – cita ingin membuat ‘kuda baja’ (lokomotif) dan ‘jembatannya’ (rel kereta). Pada waktu Roosseno baru duduk ditingkat II THS, datang Prof. Biezeno yang mengajar mekanika. Pada waktu itu ia kenal sosok Roosseno sebagai mahasiswa yang hebat. Lalu ia bertanya pada Roosseno, “Tuan itu Bangsa apa?”. “Saya orang Jawa!”, jawab Roosseno. “Kok anda begitu pandai mekanika. Saya kira orang Jawa itu tidak bisa mekanika”, tutur sang professor secara jujur. Roosseno sewaktu kuliah di THS mendapat beasiswa dari pemerinntah kolonial Belanda. Selama belajar di THS, Roosseno mengetuai suatu organisasi yang bernama “Indonesische Studenten Club”.
Pada 1 Mei 1932 Roosseno berhasil lulus dari ujian akhir di THS Bandung, dan berhak mendapat gelar insinyur sipil. Ada 9 orang yang lulus, diantaranya dari bangsa Belanda yang bernama: Haspers; O. Herne; van der Kraats; dan van Slooten. Orang Cina yang lulus hanya satu orang yaitu Hwa Hy Kie. Sedangkan orang Indonesia yang lulus juga hanya satu orang, yaitu Roosseno. Walaupun sering diejek sebagai anak pribumi bodoh, yang diragukan kepandaiannya oleh setiap Bangsa kulit putih yang dipertuan, pada waktu itu telah mampu menjawab semua tantangan namanya. Bahwa bangsa Indonesia kalau diberikan kesempatan dan fasilitas yang sama, ternyata juga mampu menjadi orang yang pandai, menjadi insinyur sipil yang terkemuka.
Biro Insinyur Soekarno & Roosseno
Tidak lama setelah beliau lulus insinyur teknik sipil di THS, pada tahun 1926. Maka Ir Soekarno bersama rekannya Ir Anwari pada tahun 1928 telah mendirikan suatu “Biro Insinyur Soekarno & Anwari” beralamat di Jalan Dewi Sartika (dahulu Regentsweg 22) di Bandung. Kemudian dalam bulan Agustus 1932 didirikan “Biro Insinyur Soekarno & Roosseno” di Jalan Banceuy No. 18 Bandung, yang kemudian dipindahkan ke Gedung di Jalan Dalem Kaum Bandung. Kerjasama dalam bentuk ini hanya berjalan setahun, oleh karena Ir Soekarno pada akhir tahun 1933 dibuang Belanda ke Flores untuk menjamin “orde en rust”.
Roosseno dalam Membina Rumah Tangga
Pada tanggal 30 Juli 1932 seorang Insinyur Muda Raden Roosseno melamar R.A. Untari, puteri dari Raden Sasrohadikusumo, asal dari Kediri dan pada waktu itumenjabat sebagai Asisten Wedana di Cirebon. Untari lahir pada tanggal 2 Februari 1913. Pernikahan mereka berlangsung di Bandung. Yang bertindak sebagai saksi diantaranya Bung Karno. Karena Bung Karno juga masih family dari Untari. Dalam pernikahannya tersebut Roosseno memperoleh 6 (enam) orang anak masing – masing ; 1. Dr Toeti Herati (1933); 2. Dra. Radiastuti (1935); 3. Ir. Hanyoto (1937); 4. Dra. Cometa (ek) (1938); 5. Dra. Amalia S.H. (1940); 6. Dr. Damayanti. Menurut penuturan Radiastuti (anak nya yang kedua), “Ada semacam pembagian tugas antara Papi (Roosseno) dan Mami (Untari). Kala Mami, tugas nya mengajarkan etiket, disiplin, belajar. Sebelum menjadi sarjana belum boleh punya boyfriend (pacar laki – laki). Sedangkan Papi, pendidikan nomor satu! Kalau Papi ada problem, selalu Mami membantu. Kalau masing – masing ego nya yang main, tidak ada ketentraman dalam rumah tangga”. “Saya respect pada Papi, tindakannya fair, jujur, adil dan bijaksana sekali! Sangat berwibawa, tapi Papi gampang diapusi. Terlalu percaya pada kompanyon. Mami galak, perkara hal yang kecil – kecil. Sedangkan Papi galak dalam hal yang prinsip. Misalnya, kalau sudah janji, kamu harus konsekuen. Jangan uang saja, tetapi dedikasi! Itu didikan Papi”.
Ir. Roosseno dalam tahun 1960-an, pernah ditawari untuk memberi kuliah di Israel. Tapi ditolak oleh beliau. Nama beliau di Negara- Negara Asia Tenggara tidak asing lagi, bulan Desember 1981 di Manila, Juli 1982 di Kuala Lumpur, dan Bulan Desember 1982 di Bangkok, ia memberikan ceramah ilmiah tentang penemuan – penemuannya perhitungan konstruksi secara baru yang sudah dikenal. Ia adalah sosok yang sederhana, walaupun beliau sudah mempunyai gelar professor dan sudah menjadi ‘orang’, beliau selalu berusaha tampil sederhana, penggalan nasehat nya yang masih teringat yaitu “Orang tuh jangan mengejar uang saja, jangan ngoyo, sederhana tapi tekun dan rajin bekerja!”. Pesan Roosseno kepada anak – anak nya yaitu, “Saya itu keras mendidik anak. Belajarlah baik – baik. Dan jangan bikin malu. Karena ayahmu adalah seorang Professor!”.
Sebagai seorang ayah, beliau sangat “saklek”, begitu menurut penuturan seorang anak nya yang bernama Amalia Roosseno. Saklek disini dalam arti “lurus”. Anak – anak beliau harus menyelesaikan pendidikan minimal sarjana. “Yang sangat dibanggakan beliau yaitu jurusan eksakta. Apalagi jika jurusan yang dicapai anak nya jurusan insinyur sipil seperti beliau, tentu beliau akan sangat bangga”, ucap salah seorang anak nya, Amalia Roosseno. Roosseno bukan orang yang kaya raya, melainkan beliau sangat sederhana, beliau mendidik anak nya untuk sederhana. Pernah ada peristiwa dimana sedang ada pertemuan yang dihadiri pengusaha dan pejabat penting, salah satunya Bapak Ciputra (pengusaha terkenal), dalam pidato nya bapak Ciputra bilang, “Saya kagum dengan Pak Roosseno, beliau jujur dan pekerja keras, tapi saya bingung dengan beliau, beliau tidak pernah mengumpulkan harta untuk anak dan cucu nya, beliau sangat mengabdi kepada Negara”. Memang semasa hidup nya beliau hanya bekerja dan untuk Negara dan tak pernah terpikir untuk bermewah – mewahan. Pernah pada waktu Roosseno menjadi menteri perekonomian, Pak Pardede (pengusaha/ bisnisman) mengatakan, “Saya bingung lewat jalan apalagi untuk pak Roosseno”. Mungkin saking jujur nya beliau dalam dunia politik, baliau pun akhirnya tidak bertahan lama di dunia tersebut.
Awal Mula Pendidikan Teknik di Indonesia
Sesudah Proklamasi Kemerdekaan, dibukalah Sekolah Tinggi Teknik Bandung di bawah pimpinan Prof. Ir. R. Roosseno (1945). Dengan didudukinya kota Bandung oleh Belanda, maka berpindahlah STT (Sekolah Tinggi Teknik) dari Bandung ke Jogjakarta. Di Ibukota ini didirikan Sekolah Tinggi Teknik disingkat S.T.T. Bandung di Jogja yang dipimpin oleh Prof. Ir. R. Roosseno (1946 – 1949). Dengan berdirinya Universitas Gadjah Mada di Jogjakarta pada 19 Desember 1949, maka STT Bandung dimasukkan di dalamnya dan menjelma menjadi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Sekembalinya Ir. Roosseno dari Jogjakarta dalam tahun 1949, ia diangkat sebagai Guru Besar Luar Biasa (Buitengewoon Hoogleraar) dalam mata pelajaran konstruksi Beton (de leer van het Gewapend Beton) pada Universiteit van Indonesie di Bandung. Pada 2 Maret 1959 T.H.S. dirubah menjadi I.T.B. (Institut Teknologi Bandung), yang dimana T.H.S. juga merupakan titik awal sejarah Sekolah Tinggi Teknik di seluruh Indonesia. Beberapa waktu sesudah menyelesaikan studi nya di T.H.S. Roosseno bersama Bung Karno mencoba membuka Biro Insinyur di Bandung. Terhitung mulai 1932 – 1939, ia ditunjuk sebagai asisten Professor Dr Ir Scheepers, guru besar dalam mata kuliah geodesi di THS. Sementara itu dari 1935 – 1939 menjadi Insinyur konstruksi pada Dep. Pekerjaan Umum Bandung, dilanjutkan mulai 1939 – 1943 sebagai insinyur konstruksi pada Dep. P.U. di Kediri (Jawa Timur).
Di zaman Jepang mengajar sebagai guru besar pada Kogyo Daigaku Bandung 1944 – 1945. Begitu Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan, Roosseno dkk mendirikan Sekolah Tinggi Teknik di Bandung, di mana ia menjadi pemimpinnya. Sewaktu Bandung diduduki sekutu, maka STT Bandung dipindahkan ke Jogjakarta, pada 6 Januari 1946. Dan pada 17 Februari 1946 dibukalah Sekolah Tinggi Teknik Republik Indonesia di Jogjakarta, yang terdiri dari 3 jurusan, yaitu Teknik Sipil, Kimia, dan mesin dipimpin oleh Prof. Ir. Roosseno sebagai Dekan dan Ir. Soewandi sebagai Sekretaris. Roosseno pindah dari Jogja ke Jakarta. Pada tanggal 26 Maret 1949 ia menjadi Guru Besar Luar Biasa pada Universiteit van Indonesie di Bandung. Sejarah hidup Roosseno membuktikan bahwa pengabdiannya kepada dunia teknik, baik di dalam dunia pendidikan maupun di dalam praktek sebagai seorang sarjana teknik sipil.
Pada bulan Mei 1964 bersama Rektor U.I. Dr. Syarif Thayeb dimatangkan rencana pendirian Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Fakultas Teknik Universitas Indonesia diresmikan pembukaanny apada 27 November 1964. Prof. Ir. Roosseno menjabat sebagai Dekan FT-UI selama 10 tahun 1964 – 1974. Roosseno juga pernah mengajar di I.T.B., dan mengajar U.I., Universitas Trisakti, Universitas Tarumanegara, Universitas Muhammadiyah semuanya di Fakultas Teknik. Disampaing itu beliau juga mengetuai Yayasan Institut Teknologi Aditama Surabaya. Roosseno mendirikan I.S.T.N. yang semula dari S.T.N. (Sekolah Teknik Nasional) di tahun 1950. Dia juga memberi kuliah di I.S.T.N. sambil merangkap seagai Rektor.
Roosseno dalam dunia Politik
Menjelang akhir kekuasaan Dai Nippon (Jepang), Ir. Roosseno penah diangkat menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha – Usaha Persiapan Kemerdekaan atau Dokuritsu Zyunbi Coosakai, yang beranggotakan sekitar 62 orang. Ia adalah anggota nomor 24. Pada waktu Bung Karno mengucapkan Pidato “Lahirnya Pancasila” pada 1 Juni 1945. Roosseno hadir dan menjadi saksi sejarah. Ia merupakan wakil dari Bandung (Professor di Kogyo Daigaku). Pada 1 Juni 1945 beliau hadir saat pidato Soekarno, tetapi saat pidato Muh. Yamin beliau tidak hadir. Pada tahun 1946, Roosseno masuk Parindra. Dan pada tahun 1954, PIR pecah, menjadi PIR-Wongsonegoro dan PIR-Hazairin. Dia minta mundur pada PM Ali Sastroamidjojo I (30 Juli 1953 – 12 Agustus 1955) Prof. Ir. Roosseno duduk dalam kabinet sebagai Menteri Perhubungan dan Menteri Perekonomian.
Sebagai Menteri Perhubungan Roosseno melakukan program:
1. Mensosialisasi Garuda Indonesia Airways.
2. Mennsosialisasi semua Kerete Api partikelir (banyak NIS Jogja – Solo – Semarang. Semarang – Cirebon SCS kira – kira 10 prusahaan.
3. KPM (Koninklijke Paketvaart Maatschappij)
4. Mendirikan Jakarta Lloyd dan PELNNI.
5. Mendirikan PPD (Bus) di Jakarta.
6. Menasionalisasi Hotel – Hotel (contohnya: Preanger – Savoy Homann).
7. Menasionalisasi THE BIG FIVE (Perdagangan).
Sewaktu diadakan Konverensi Asia Afrika I pada 18 – 24 April 1955 di Bandung Roosseno ikut duduk dalam delegasi RI di bawah pimpinan Menlu RI Mr. Sunario. Sebenarnya Roosseno sendiri tidak tertarik dalam dunia politik. Hal itu dibuktikan ketika beliau dan Ir. Soekarno mendirikan Biro insinyur ‘Soekarno – Roosseno’, beliau yang sibuk untuk mencari uang atau sibuk dalam pekerjaan sebagai insinyur nya sedangkan Soekarno sibuk dengan berpidato dimana – mana atau bersosialisasi politik. Roosseno juga tidak suka dengan dunia politik, menurut nya dunia politik bukanlah untuk nya mencari nafkah, karena menurut nya politik sering kotor. Roosseno bukanlah seorang politikus, melainkan beliau merupakan seorang scientist. Dunia yang tepat baginya bukanlah di lapangan politik, melainkan di bidang teknik dan pendidikan teknik.
Jasa – jasa Roosseno bagi Bangsa
Pada tanggal 13 September 1962, ITB telah memberikan Gelar Doctor Honoris Causa dalam ilmu Teknik kepada Ir. Soekarno dimana bertindak sebagai Promotor adalah Prof. Ir. R. Roosseno Soerjohadikoesoemo. Dan pada tanggal 25 Maret 1977, ITB kembali memanggil Roosseno, kali ini tidak untuk menjadi promotor, melainkan ITB ingin memberikan penghargaan ilmiah berdasarkan jasa – jasa dan sumbangannya terhadap ilmu pengetahuan, khususnya dibidang teknik. Roosseno dianugerahi gelar Doctor Honoris Causa Dalam Ilmu Pengetahuan Teknik oleh Institut Teknologi Bandung. Yang bertindak sebagai promotor ialah Prof. Dr. Sosrowinarso. Pada tanggal 23 Mei 1952 di Bandung Ir. Roosseno dan kawan – kawan mendirikan organisasi profesi bernama P.I.I. singkatan dari “Persatuan Insinyur Indonesia”. Dan Roosseno sebagai ketua nya.
Nama Roosseno mulai diperbincangkan pada sekitar 1960, ketika Presiden Soekarno mulai menyukai bangunan-bangunan besar. Lalu dibangunlah Hotel Indonesia di Jakarta, Hotel Ambarukmo di Yogyakarta, Samudera Beach Hotel di Pelabuhan Ratu, dan Bali Beach Hotel di Pantai Sanur, Bali. Juga Tugu Selamat Datang dan Monumen Nasional. Untuk menyongsong Asian Games, dibangun kompleks Gelanggang Olahraga Senayan, yang juga dinamakan Gelora Bung Karno. Sebagai ahli beton bertulang, Rooseno telah banyak menangani berbagai proyek penting, seperti jembatan, pelabuhan, gedung, dan hotel bertingkat. Di kalangan perbetonan internasional, Roosseno menjadi anggota International Association for Bridge and Structural Engineering (IBSE), Zurich dan Federation International de Precontreinte (FIP).
Pada tahun 1962, Pemerintah RI menganugerahinya Satya Lencana untuk jasa ikut membangun Kompleks Asian Games Senayan. Penghargaan lainnya adalah Doctor Honoris Causa untuk ilmu teknik yang diterimanya dari ITB pada tahun 1977. Pada Juli 1984, Roosseno mendapat Bintang Mahaputra Utama dari pemerintah yang diberikan langsung oleh Presiden Soeharto. Selain itu, Roosseno juga berjasa dalam pemugaran Candi Borobudur 1972 dengan bantuan UNESCO dan International Consultative Committee. Roosseno mewakili Indonesia ditunjuk sebagai ketua. Pemugaran Candi Borobudur diresmikan oleh Soeharto pada tanggal 23 Februari 1983.
Selain karya – karya nya yang sukses, Roosseno juga memiliki kisah tentang hasil karya nya yang belum sukses, contohnya, Jembatan Sarinah berbentang 40 m di atas Jalan Wahid Hasyim, Jakarta, yang runtuh pada 28 Februari 1981 akibat putusnya balok tarik beton pratekan penahan gaya reaksi horizontal di bawah Jalan Wahid Hasyim karena baja prategangnya berkarat. Kekecewaan Roosseno lainnya, tak berhasilnya gagasan meningkatkan daya pikul gelegar komposit baja beton dengan memberi prakompresi dengan mengerjakan gaya horizontal dengan dongkrak pipih pada pelat beton. Sistem ini diuji pada Jembatan Kali Ciliwung di Condet. Namun, selang beberapa waktu prakompresinya hilang sehingga jembatan harus diperkuat tahun 1994. Ini menunjukkan pemberian prakompresi melalui transfer gaya tekan dari pelat beton ke gelegar baja harus diteliti. Namun, penelitian itu tak tuntas, Tuhan memanggil Roosseno pada 15 Juni 1996 saat usianya 88 tahun. Bahkan beliau meninggal hanya meninggalkan rumah 1 ( rumah yang ditempatinya), beliau sangat sederhana. Sampai saat ini Roosseno tetap dikenang sebagai “Bapak Beton Indonesia” yang dimana karya – karya dan pengabdiannya sangat berarti bagi Bangsa dan Negara Indonesia.
Daftar Karya – Karya Konstruksi Roosseno
Roosseno merupakan tokoh pembuat sejarah konstruksi Indonesia yang akan dikenang untuk selama – lamanya. Adapun daftar karya – karya konstruksi dari Ir. Roosseno :
A. GEDUNG – GEDUNG BERTINGKAT
1. Bank Indonesia
2. Wisma Nusantara
3. Hotel Indonesia, Jakarta
4. Jakarta Theatre
5. Bangkok Bank
6. Sea Aquarium
7. Sarinah Building
8. Oil Centre Building
9. Hotel Kartika Plaza Hutama Karya/Amco
10. Bank Dagang Negara
11. dll
B. MASJID DAN MONUMEN NASIONAL
1. Masjid Istiqlal
2. Monumen Nasional
3. Masjid Banda Aceh
C. DERMAGA
1. Dermaga Tanjung Priok
2. Dermaga Belawan
3. Dermaga Panjang
4. dll
D. JEMBATAN
1. Rantau Berangin
2. Rajamandala
3. dll
E. KARYA PERENCANAAN/SUPERVISI
1. Gedung Arsip Nasional DKI
2. Perluasan Dermaga Beton, Pelabuhan I Timur Tanjung Priok
3. dll
Suka Duka Penulis dalam Wawancara dengan Narasumber
Penulis melakukan wawancara dengan narasumber pada tanggal 25 Mei 2011. Narasumber yang penulis wawancarai yaitu Ibu Amalia Roosseno, beliau merupakan putri ke – 5 dari Pak Roosseno. Beliau saat ini merupakan pengusaha dan beliau juga memimpin suatu perusahaan. Ditengah kesibukkan beliau, dengan baiknya beliau meluangkan waktu nya untuk diwawancarai oleh penulis. Kebetulan beliau sedang makan siang saat itu. Penulis dijamu beliau dengan makan siang oleh beliau di ruangan beliau. Memang penulis membuat janji dengan Bu Amalia Roosseno saat jam makan siang, dan beliau meluangkan waktu nya untuk diwawancarai saat itu. Kantor beliau yang terletak di kawasan perkantoran Gandaria City, penulis yang saat itu dari sekolah izin menuju kesana dengan menggunakan bajaj. Dan Alhamdulillah kantor beliau tidak jauh dari sekolah penulis. Sesampai nya di Gandaria City, penulis diantar oleh Ayah penulis yang memang bekerja di perusahaan beliau, dan diantar ke ruangan beliau. Awalnya penulis diantarkan masuk ke suatu ruangan dan penulis menunggu di sofa. Kemudian Bu Amalia Roosseno menemui penulis dan menyuruh masuk ke ruangan beliau. Kebetulan saat itu jam makan siang, sehingga para karyawan banyak yang keluar kantor. Bu Amalia menjamu penulis dengan makan siang, beliau sangat baik dan ramah. Selain merupakan pemimpin suatu perusahaan, beliau juga merupakan pengusaha, diantaranya pengusaha suatu Hotel, diantaranya ‘The Amaroossa Hotel’ di Bandung. Disela kesibukkannya tersebut beliau dengan baik hati meluangkan waktunya untuk diwawancarai oleh penulis. Memang sebenarnya penulis sudah meminta janji dengan beliau dari jauh hari, akan tetapi beliau sangat sibuk sehingga baru saat itu pada tanggal 25 Mei 2011 beliau memberikan janji kepada penulis untuk diwawancarai.
Penulis bersama Ibu Amalia Roosseno di ruangan beliau |
0 comments:
Post a Comment